REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Garuda Indonesia bersiap menerbitkan obligasi global tahun ini dengan jumlah maksimal 750 juta dolar AS. Namun belum ditentukan berapa kupon yang akan dikeluarkan oleh Garuda Indonesia.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury pada mengatakan, kupon baru akan ditentukan setelah pihaknya usai melakukan roadshow dan mengetahui bagaimana kondisi pasarn. "Belum ada estimasi berapa kupon nanti tergantung pada kondisi permintaan dan kondisi pasar," ujar dia, Kamis (19/4).
Tujuan dari penerbitan obligasi global ini adalah untuk memperbaiki profil pembiayaan yang dimiliki. Obligasi atau surat berharga yang dimiliki Garuda Indonesia akan jatuh tempo pada Juli tahun ini sebesar Rp 2 triliun dan 500 juta dolar AS pada 2020.
Negara yang akan menjadi tempat penerbitan global bonds ini adalah Singapura. Pahala mengatakan, selain dekat, pemilihan Singapura dilakukan karena menjadi lokasi pasar modal paling mudah untuk penerbitan global bonds. Singapura juga merupakan sentra financial yang tentunya cukup memadai untuk menerbitkan obligasi global sampai dengan jumlah tersebut.
Untuk diketahui, pertumbuhan pendapatan Garuda Indonesia tahun lalu mencapai lebih dari empat persen baik dari sisi pertumbuhan penumpang maupun lainnya. Pahala menambahkan, yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan adalah dari sisi pertumbuhan lain-lain yang termasuk dikontribusikan dari perusahaan anak. "Kontribusi (perusahaan anak, Red) tadinya baru 20 persen, saat ini sudah mencapai kurang lebih 23 persen," ujarnya.
Perusahaan anak yang cukup berkontribusi besar di antaranya Citilink. Seperti diketahui, saat ini pertumbuhan maskapai tersebut sangat baik dari segi jumlah rute dan pendapatan. Ada pula Garuda Maintenance Facility (GMF). "Kita berharap bagaiman mereka bisa mendapatkan pendapatan dari kontribusinya yang berasal dari Garuda dibanding dari non Garuda harus lebih mengecil," kata dia.
Itu artinya, GMF harus bisa mencari bisnis-bisnis yang berasal dari non-Garuda termasuk melakukan ekspansi internasional dan ekspansi skup pekerjaan.
Sementara itu Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko Helmi Imam Satriyono menambahkan, kontribusi pendapatan dari sisi penumpang masih didominasi domestik. Ia pun memperkirakan pada triwulan pertama tahun ini pertumbuhan penumpang masih berada pada tren positif. "Growth penumpang total kita expect sekitar delapan hingga sembilan persen," katanya.