REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo mengatakan dari sisi penjualan, market share produk baja paling tinggi di perusahaan itu adalah hot rolled coil atau baja canai panas sebesar 39 persen. Begitu juga dengan penjualan bajacanai dingin sebesar 27 persen, dan baja kawat sebesar 4 persen untuk pasar domestik.
"Volume penjualan tertinggi adalah baja canai panas sebesar 53 persen, baja canai dingin 30 persen, dan baja kawat sebesar tiga persen pada 2017," kata Purwono di Balai Kartini, Rabu (18/4).
Selain itu, pada Januari 2018, Krakatau Steel juga memperbarui Perjanjian Pasokan Jangka Panjang dengan PT Essar Indonesia untuk memasok baja canai panas sebesar 15 ribu ton per bulan. Begitu juga pada Februari 2018, Krakatau Steel menandatangani penawaran bahan baku sebanyak 24 ribu ton baja canai dingin untuk kebutuhan drum sheetdi Pabrik Bitumen Gresik PT Pertamina (Persero) dalam dua tahun ke depan.
Purwono mengatakan untuk selanjutnya perusahaan akan mewaspadai dampak dari pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh Amerika. Hal ini berpengaruh pada kemungkinan membanjirnya produk baja Cina ke Asia terutama Indonesia. "Kami berharap pemerintah bisa mengambil tindakan dan melindungi baja lokal dari perdagangan tidak adil itu," tutur Purwono.
Salah satu bentuk perlindungan itu, dia mengatakan, adalah menegakkan aturan-aturan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN). Begitu juga dengan prasyarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Sebelumnya, pada 2017 Krakatau Steel mulai melakukan persiapan pengiriman produk bajanya untuk pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek. Elevated Toll Road Jakarta-Cikampek ini menggunakan kontruksi baja sebagai pengganti tiang betonnya," tutur Purwono.
Menurutnya, dalam proyek tersebut akan membutuhkan produk baja sebanyak kurang lebih 225 ribu ton. Lalu proyek tersebut masih berlangsung pada 2018 hingga pembangunan selesai pada 2019.