Kamis 12 Apr 2018 19:07 WIB

Muamalat Tenggelam Berarti Mengubur Harapan Umat

Bank Muamalat memiliki rekam jejak yang relatif baik dalam menghadapi krisis.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Andi Nur Aminah
Refleksi kendaraan melintas di depan kantor pusat Bank Muamalat, Jakarta, Ahad (1/4).
Foto: Republika/Prayogi
Refleksi kendaraan melintas di depan kantor pusat Bank Muamalat, Jakarta, Ahad (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi syariah SEBI School Aziz Setiawan menilai, pemerintah perlu mendorong pengembangan Bank Muamalat dengan ikut menyuntikkan tambahan modal. Ia mengatakan, Bank Muamalat adalah simbol penting kebangkitan ekonomi syariah Indonesia.

"Kita sebagai negara Muslim terbesar tentu kalau kita bicara ekonomi berkeadilan, ekonomi syariah, dan harapan umat untuk punya sistem ekonomi yang juga lebih adil dan lebih baik itu simbol awalnya dari Muamalat. Kalau kemudian Muamalat tenggelam berarti kita mengubur harapan umat," ujar Aziz ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/4).

Ia mengatakan, Bank Muamalat sejatinya memiliki rekam jejak yang relatif baik dalam menghadapi krisis. Bank syariah pertama di Indonesia itu pernah melewati masa krisis 1998 dan 2008. "Muamalat tetap eksis dan jadi salah satu contoh ketika banyak bank konvensional runtuh. Bank Muamalat jadi contoh kalau bank syariah bisa bertahan di tengah krisis sistemik," ujarnya.

(Baca: Pemerintah dan BUMN Masih Pikir-Pikir Beli Muamalat)

Aziz menilai, masalah yang dihadapi Bank Muamalat saat ini relatif tidak terlalu serius. Menurutnya, secara fundamental Bank Muamalat masih kuat, hanya saja butuh suntikan modal. Ia mengaku, pemberian modal secara berkala wajar diberikan pemegang saham.

"Masalahnya kan pemegang saham saat ini tidak melakukan itu. Saya kira dengan mekanisme yang fair tentunya keterlibatan pemerintah bukan akan menjadi beban. Kalau ada tambahan modal, Muamalat akan memperbaiki internalnya dan berekspansi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement