Kamis 12 Apr 2018 15:31 WIB

Risiko Ini Bayangi Pertumbuhan Negara Asia Timur dan Pasifik

Prospek pertumbuhan di Asia Timur dan Pasifik diperkirakan masih akan tetap kuat.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan tetap kuat dan mencapai 6,3 persen pada 2018. Namun, risiko terhadap stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan membutuhkan perhatian serius.

Laporan World Bank East Asia dan Pacific Economic Update edisi April 2018, Enhancing Potential, menggarisbawahi, dengan prospek yang menguntungkan, pembuat kebijakan di kawasan disarankan untuk mengenali dan mengatasi tantangan jangka pendek. Tantangan itu terkait kenaikan suku bunga negara maju yang naik lebih cepat dari perkiraan serta kemungkinan adanya eskalasi ketegangan perdagangan.

Tantangan-tantangan ini akan membutuhkan kebijakan moneter yang lebih ketat dan penyangga fiskal lebih besar. Untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang, meningkatkan investasi publik dan swasta, pertumbuhan produktivitas, dan sumberdaya manusia menjadi kunci.

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa menyampaikan, pertumbuhan yang kuat telah mendukung pencapaian luar biasa di kawasan Asia Timur dan Pasifik dalam mengurangi kemiskinan ekstrem.

 

Untuk melanjutkan keberhasilan tersebut, dibutuhkan pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang. ''Para pembuat kebijakan perlu fokus pada penanganan risiko stabilitas ekonomi sambil meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang,'' ungkap Kwakwa melalui keterangan tertulis pada Kamis (12/4).

Setelah tumbuh lebih cepat dari perkirakan pada 2017, pertumbuhan Cina diperkirakan akan sedikit melambat menjadi 6,5 persen pada 2018. Sebab, ekonomi Cina terus melakukan penyeimbangan investasi menuju konsumsi domestik.  Negara Tirai Bambu itu lebih fokus pada perlambatan ekspansi kredit dan meningkatkan kualitas pertumbuhan.

Di luar Cina, pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan tetap stabil pada 2018 sebesar 5,4 persen. Hal itu mencerminkan berlanjutnya permintaan domestik dan eksternal yang kuat.

Di ASEAN, pertumbuhan di Indonesia dan Thailand diperkirakan akan menguat pada 2018, ditopang meningkatnya prospek investasi dan konsumsi swasta. Pertumbuhan Filipina tahun ini kemungkinan akan tetap stabil.

 

Sementara Malaysia dan Vietnam, pertumbuhan diprediksi turun karena investasi publik moderat di Malaysia dan Vietnam karena produksi pertanian mencapai posisi stabil setelah mulai pulih pada 2017.

Prospek untuk beberapa negara-negara dengan ekonomi lebih kecil umumnya lebih baik, sebagian karena harga komoditas yang lebih tinggi. Di Myanmar, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan meningkat pada 2018, meskipun prospek investasi dapat memburuk dengan perkembangan di Negara Bagian Rakhine.

 

Pertumbuhan Mongolia yang lebih tinggi juga disebabkan oleh berlanjutnya stabilisasi makroekonomi. Papua Nugini dapat mengalami siklus pemulihan seiring naiknya harga komoditas, meskipun gempa bumi yang baru terjadi bisa mengganggu prospek tersebut. Pertumbuhan di Kamboja diperkirakan akan sedikit meningkat, sementara Laos cenderung akan tumbuh stabil.

Prospek pertumbuhan untuk Negara-negara Kepulauan Pasifik beragam. Pertumbuhan di Fiji dan Kepulauan Solomon diproyeksikan akan melemah. Pertumbuhan negara-negara Kepulauan Pasifik yang lebih kecil diperkirakan akan kecil tetapi mudah berubah karena kerentanan yang tinggi terhadap bencana alam dan ketergantungan pada impor komoditas.

Ekonom Kepala Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Sudhir Shetty menjelaskan, meskipun prospek pertumbuhan di kawasan positif, ada berbagai tantangan jangka pendek dan menengah yang akan dihadapi pembuat kebijakan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement