Senin 09 Apr 2018 20:35 WIB

Konsumsi Semen Indonesia untuk Infrastruktur Meningkat

Konsumsi Semen Indonesia terbilang baik terutama untuk pembangunan infrastruktur.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Andi Nur Aminah
Aktivitas di pabrik Semen Indonesia.
Foto: Bowo Pribadi.
Aktivitas di pabrik Semen Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Agung Wiharto mengungkapkan konsumsi semen saat ini masih terbilang meningkat. Meskipun kelebihan pasokan semen masih terjadi, Agung menegaskan konsumsi Semen Indonesia masih terbilang baik terutama untuk pembangunan infrastruktur.

Agung menjelaskan, saat ini konsumsi Semen Indonesia terdiri atas dua jenis. "Ada konsumsi curah dan yang ritel seperti zak-zak, itu yang beratnya 40 kilogram yang banyak di pasar," kata Agung saat ditemui Republika.co.id, di kantor Semen Indonesia, Mega Kuningan, Jakarta, Senin (9/4).

Jika dilihat porsinya, Agung mengatakan, untuk konsumsi nasional sekitar 26 persen untuk semen jenis curah. Sementara 74 persen sisanya untuk konsumsi semen ritel yang tersedia banyak di pasaran.

Menurutnya, konsumsi domestik Semen Indonesia tahun lalu totalnya 66,5 juta ton. "Sehingga kalau kita hitung, 26 persen dari 66,5 juta ton itu ada sekitar 17,3 juta ton itu semen curah," tutur Agung.

Dia menambahkan, setengahnya dari konsumsi domestik 17,3 juta ton yaitu sekitar delapan juta ton digunakan untuk pembangunan infrastruktur Indonesia. Beberapa di antaranya digunakan untuk pembangunan jalan tol, jembatan, bandara, dan waduk yang dibangun di Indonesia.

Untuk itu Agung menilai konsumsi semen untuk infrastruktur masih cukup baik meskipun hanya sekitar delapan juta ton saja. "Tapi konsumsi semennya dibandingkan total konsumsi nasionalnya 66,5 juta ton, pertumbuhannya tinggi di atas 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya," jelas Agung.

Makanya, kata Agung, total penjualan Semen Indonesia pada 2017 sebesar 7,6 persen jika dibandingkan 2016. Sementara total konsumsi semen domestiknya pada 2017 mencapai 66,5 juta ton naik dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 61,639 juta ton. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement