REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Harga gabah di wilayah sentra padi, Kabupaten Subang, berangsur-angsur turun saat musim panen raya ini. Sejak awal Maret, harga gabah di wilayah tersebut mencapai Rp 4.500 per kilogram untuk gabah kering pungut atau siap giling. Sedangkan harga gabah basahnya antara Rp 4.300 sampai Rp 4.100 per kilogramnya.
Ketua Gapoktan Mitra Tani, Desa Tambak Jati, Kecamatan Patokbeusi, mengatakan, penurunan ini terjadi sejak awal bulan ketiga ini. Seiring sudah memasukinya panen raya padi di wilayah Subang. Maka, dampaknya harga gabah mengalami penurunan.
"Akhir Februari kemarin, harga gabah masih tinggi. Yakni, mencapai Rp 6.000 per kilogram untuk gabah kering," ujar Manaf, kepada Republika.co.id, Rabu (4/4).
Menurut Manaf, penurunan harga gabah ini diprediksi akan terus terjadi seiring dengan semakin meluasnya panen. Apalagi, puncak panen raya ini disinyalir akan terjadi pada pertengahan Maret sampai awal April mendatang. Dengan demikian, harga gabah yang ditentukan tengkulak diduga akan terus turun.
Menurut Manaf, dengan kondisi ini seharusnya Bulog segera menyerap gabah petani. Karena, harganya hampir setara dengan HPP. Tetapi, sampai saat ini pihak Bulog belum melakukan penyerapan gabah ke wilayah Patokbeusi.
"Kami berharap, Bulog segera menyerap gabah petani. Hal itu, untuk menjaga supaya harga gabah stabil. Sebab, bila Bulog hadir, maka tengkulak tak akan seenaknya memainkan harga," ujarnya.
Sementara itu, Pirdaus (51 tahun) petani setempat, mengatakan, mayoritas petani di wilayah Patokbeusi ini menjual gabahnya ke tengkulak. Sebab, proses jual belinya sangat cepat. Apalagi, saat panen seperti sekarang, tengkulak gabah selalu ada di sekitar area persawahan.
"Jadi, ketika kami panen, tengkulak sudah menunggui. Saat sudah beres panen, biasanya para tengkulak langsung membeli gabah," ujarnya.