REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sentimen registrasi prabayar yang selama ini membayang-bayangi perusahaan telekomunikasi tak akan banyak memengaruhi kinerja keuangan Telkom dan anak usahanya, Telkomsel. Harga saham PT Telkom sejak awal tahun diketahui terus mengalami fluktuasi. Bahkan, baru-baru ini harga saham emiten berkode TLKM tersebut mengalami koreksi yang cukup signifikan.
Analis saham PT MNC Securities Victoria Venny menilai, justru dengan adanya registrasi prabayar ini bisa memberikan keuntungan tersendiri bagi Telkomsel. Hal tersebut berbeda dengan operator lainnya yang masih terus berjuang untuk mendapatkan pelanggan dari perang harga dan penjualan starter pack.
Konsumen Telkomsel memang tersegmentasi dan sedikit berbeda dari operator lainnya. Dengan adanya coverage jaringan yang luas dan terbaik di Indonesia, konsumen Telkomsel jauh lebih loyal dibandingkan operator lainnya.
"Jadi, menurut saya, registrasi prabayar ini justru akan memberikan dampak positif untuk Telkomsel dan pada industri telekomunikasi pada umumnya," kata Venny, Senin (2/4).
Terlebih lagi, sebagai anak usaha dari PT Telkom, Telkomsel memiliki memiliki kemampuan untuk menggembangkan jaringan, baik itu back bone maupun last mile hingga pelosok negeri. Ini dibuktikan pada tahun 2017 yang lalu Telkomsel berhasil membangun tambahan 31,672 BTS, baik itu 3G maupun 4G, di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan tambahan BTS baru tersebut, hingga tahun 2017, Telkomsel sudah mengoperasikan tidak kurang dari 160.705 unit atau tumbuh 24,5 persen. Dari jumlah tersebut, 70 persen merupakan BTS berteknologi 3G dan 4G.
Dengan penambahan jumlah BTS yang sangat pesat tersebut, Venny optimistis Telkomsel dapat mempertahankan jumlah pelanggannya dan melayani lebih banyak lagi konsumen yang selama ini belum menikmati layanan telekomunikasi. Dengan bertambahnya jumlah pelanggan dan mumpuninya layanan yang diberikan, Telkomsel dipastikan mampu mendongkrak pendapatan layanan data.
Venny menilai, secara fundamental kinerja keuangan PT Telkom hingga akhir tahun 2017 masih sesuai dengan prediksi yang dibuat oleh MNC Securities. Ia menilai bahwa pertumbuhan pendapatan dan bottom line masih positif yang didukung dari bisnis seluler melalui Telkomsel. Laporan keuangan Telkom 2017 menyebutkan, bisnis Telkomsel menopang 53 persen revenue Telkom.
Meskipun ada pergeseran bisnis dari voice dan SMS ke layanan data, ia melihat kinerja keuangan Telkom dan Telkomsel masih sangat prospektif. Menurut dia, hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya revenue dari layanan data Telkomsel dari tahun ke tahun.
"Ditambah lagi setiap tahun dividend payout ratio yang dibagikan Telkom terbilang besar, yaitu lebih dari 60 persen dari laba bersih sehingga MNC Securities masih merekomendasikan buy untuk saham Telkom," ujar Venny.
Dari info memo yang diterbitkan Telkom, pertumbuhan revenue, EBITDA, dan net income Telkomsel pada tahun 2017 yang lalu sangat istimewa, yaitu tumbuh masing-masing 7,5 persen, 7,7 persen, dan 7,8 persen YoY. Dari pencapaian pada tahun 2017 tersebut, Venny optimistis pada tahun 2018 ini kinerja keuangan Telkom dan Telkomsel masih akan meningkat.
Kinerja yang menjanjikan tersebut diperkirakan akan disumbang pertumbuhan pendapatan dari bisnis seluler, khususnya mobile internet Telkomsel. Melihat prospek tersebut, MNC Securities optimistis pertumbuhan top line dan bottom line Telkomsel masih dapat terjadi di double digit.