Ahad 01 Apr 2018 19:26 WIB

Selat Bisa Jadi Potensi Indonesia Kembangkan Pembangkit

Selat yang jaraknya sempit mengindikasikan arus laut potensial untuk dikembangkan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Sebuah kilang minyak lepas pantai di Selat Malaka di Provinsi Riau.
Foto: Antara/FB Anggoro
Sebuah kilang minyak lepas pantai di Selat Malaka di Provinsi Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mempunyai topografi yang ideal untuk mengembangkan energi dari arus laut. Selat antara dua pulau menghasilkan potensi energi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif berbasis energi baru terbarukan.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Rida Mulyana menjelaskan sebagai negara kepulauan, Indonesia banyak mempunyai selat-selat yang jaraknya sempit yang mengindikasikan arus laut yang potensial untuk dikembangkan.

"Seperti selat di Larantuka, kita masih mempunyai banyak selat-selat lainnya yang masih kita identifikasikan yang layak untuk dikembangkan," ujar Rida, Ahad (1/4).

Teknologi energi laut di dunia Internasional telah berkembang pesat. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mulai melakukan pengkajian jenis-jenis teknologi ini untuk kemungkinan diterapkan di Indonesia, disusul pula pengkajian oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Meskipun luas wilayah laut Indonesia tiga kali lebih besar dari luas daratan, namun kegiatan pemanfaatan energi laut untuk pembangkit listrik belum berkembang. Pijakan pengembangan energi laut sebenarnya telah tersedia dalam UU No. 30/2007 tentang Energi maupun UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

Dalam rangka mengembangkan energi arus laut, pada tanggal 9 November 2017 lalu, delegasi Indonesia dipimpin Rida Mulyana mengunjungi perusahaan pengembang energi arus laut, Naval Energies, di Cherbourg, Prancis.

Energi arus laut yang dikembangkan Naval Energies memiliki teknologi turbin sederhana, yaitu hanya memiliki satu bagian yang bergerak menggunakan air laut sebagai pelumas. Dengan teknologi itu, biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah jika dibandingkan menggunakan teknologi propeler. Teknologi open hydro open centre turbine yang memiliki diameter 16 meter dan kecepatan arus 2-5 meter per detik itu dapat menghasilkan listrik sebesar 2 MW.

PT Arus Indonesia Raya (AIR), perusahaan yang memiliki kerja sama dengan Naval Energies dalam mengembangkan industri turbin arus laut, telah melakukan studi di beberapa lokasi Indonesia. Terdapat beberapa wilayah yang cocok apabila di kembangkan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL). Dari hasil studi yang dilakukan di 10 titik lokasi, diperoleh potensi listrik yang dapat dihasilkan dari arus laut Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement