Kamis 29 Mar 2018 13:02 WIB

Antam Kantongi Rekomendasi Ekspor Nikel dan Bauksit

Antam diperkenankan ekspor bijih nikel dan bijih bauksit selama lima tahun.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
Gedung Perkantoran Aneka Tambang (Antam)
Foto: Tahta Aidila/Republika
Gedung Perkantoran Aneka Tambang (Antam)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Aneka Tambang (Antam) mengantongi rekomendasi perpanjangan persetujuan ekspor jenis nikel dan bauksit. Antam mendapatkan kuota sebesar nikel kadar rendah (<1,7 persen Ni) sebesar 2,7 juta /wet metric ton (wmt) dan bijih bauksit tercuci dengan kadar 42 persen Al2O3 sebesar 840 ribu wmt.

Sebelumnya, Antam telah mendapatkan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah dengan total sebesar 3,9 juta wmt. Terdiri atas 2,7 juta wmt diperoleh pada bulan Maret 2017 serta 1,2 juta wmt diperoleh pada Oktober 2017. Sedangkan rekomendasi ekspor bijih bauksit tercuci diperoleh pada periode Maret 2017.

Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo menjelaskan Antam diperkenankan melakukan ekspor bijih nikel kadar rendah dan bijih bauksit tercuci selama lima tahun dengan rekomendasi persetujuan ekspor bijih yang diperpanjang setiap tahunnya. Ekspor bijih nikel dan bijih bauksit Antam akan mendukung hilirisasi mineral yang telah dilakukan sejak 1974, sejalan dengan pengoperasian pabrik feronikel FeNi I.

"Saat ini, Antam sudah memiliki beragam fasilitas pengolahan mineral baik nikel, emas, perak maupun bauksit. Selama lebih dari empat dekade Antam senantiasa berupaya meningkatkan nilai tambah mineral yang dimiliki sejalan dengan kebijakan hilirisasi pemerintah," ujar Arie, Kamis (29/3).

Pada 2017, Antam mencatatkan penjualan ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 2,73 juta wmt dan ekspor bijih bauksit tercuci sebesar 766 ribu wmt. Besaran kontribusi Antam kepada negara pada 2017 dari pembayaran sektor pajak serta Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB) mencapai Rp 735 miliar.

Sejalan dengan strategi pengembangan perusahaan, Antam berkomitmen dalam pengembangan proyek hilirisasi mineral di dalam negeri. Proyek kunci Antam saat ini yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan dengan //on track dengan realisasi konstruksi 38 persen sampai dengan akhir 2017.

"Direncanakan pabrik Feronikel Haltim (Line 1) memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) dimana konstruksi pabrik direncanakan selesai pada akhir tahun 2018," ujar Arie.

Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini Antam terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Pabrik ini bekerjasama dengan PT INALUM (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).

INTAN PRATIWI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement