Selasa 20 Mar 2018 20:42 WIB

Bulog Segera Lepas Beras Impor ke Pasar

Bulog berencana melepas 400 ribu ton beras selama dua bulan ke depan.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Aktivitas bongkar muat beras impor asal Vietnam di atas kapal di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi Jawa Timur, Jumat (23/2). Sebanyak 20 ribu ton beras impor dalam kemasan bag cargo itu, akan didistribusikan ke wilayah Indonesia bagian timur seperti NTB dan NTT.
Foto: Budi Candra Setya/Antara
Aktivitas bongkar muat beras impor asal Vietnam di atas kapal di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi Jawa Timur, Jumat (23/2). Sebanyak 20 ribu ton beras impor dalam kemasan bag cargo itu, akan didistribusikan ke wilayah Indonesia bagian timur seperti NTB dan NTT.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) segera menggelontorkan beras impor ke pasar. Hal itu dilakukan melalui kegiatan operasi pasar murah.

Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, menjelaskan Bulog telah diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo untuk menekan harga kembali pada harga normal. Salah satu strateginya melalui operasi pasar murah yang dilakukan sejak Senin (19/3). Operasi pasar murah dilakukan di pasar-pasar seluruh Indonesia.

"Untuk melaksanakan operasi pasar murah ini segala daya di Bulog dimanfaatkan. Salah satunya beras-beras yang ada di Bulog baik beras-beras dari dalam negeri maupun beras impor," kata Djarot kepada wartawan seusai acara penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bulog dengan BPS di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Selasa (20/3).

Dalam operasi pasar tersebut, Bulog berencana melepas 400 ribu ton beras selama dua bulan ke depan. Hal itu juga untuk mengantisipasi kenaikan harga beras menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran. Beras yang dilepas ke pasar terdiri dari tiga macam kualitas yakni beras premium, beras medium dan beras kualitas bawah, dengan harga di bawah pasar.

Operasi pasar murah tersebut juga memanfaatkan beras hasil dari impor. "Beras impor mulai sekarang sudah disiapkan untuk digelontorkan," ujarnya.

Djarot menambahkan, rencana realisasi impor beras sampai akhir Maret totalnya mencapai 500 ribu ton. Pada tahap pertama sudah terlaksana sebanyak 261 ribu ton dari Thailand dan Vietnam. Selain itu, juga masuk 10 ribu ton dari India serta 10 ribu ton lagi dari India pada akhir bulan.

Sisanya, 219 ribu ton akan dilakukan tahap kedua pada sampai pertengahan tahun ini. "Sampai akhir Maret targetnya masuk 420 ribu ton. Sisanya 80 ribu ton sampai pertengahan tahun," terangnya.

Selain beras, operasi pasar murah tersebut juga menyediakan bahan pokok lainnya seperti minyak goreng, gula pasir, daging, serta produk-produk lokal dibebaskan seperti telur, daging ayam dan sebagainya.

Djarot mengklaim, stok beras di Bulog dalam kondisi aman. Saat ini, stok beras di gudang Bulog mencapai sekitar 600 ribu ton. Stok tersebut termasuk beras rastra yanh disalurkan untuk keluarga penerima bantuan sosial.

Dia memprediksi, rencana penggelontoran beras 400 ribu ton dalam operasi pasar murah tersebut akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama dua bulan ke depan. Di samping itu, Bulog juga mulai melakukan penyerapan beras dari petani yang telah memasuki masa panen. Penyerapan beras dari petani setiap harinya mencapai rata-rata 6.000-7.000 ton.

Sedangkan kebutuhan penyaluran bantuan sosial sebesar 140 ribu ton per bulan. "Stok di gudang hari ini hampir 600 ribu ton. Kemudian masih akan ada masukan-masukan stok yang ada terutama setelah panen ini. Jadi tidak ada masalah," ujarnya.

Untuk mengurangi kemungkinan salah masuk, lanjutnya, Bulog mencoba menjual bahan pokok dengan merek. Nantinya, akan ada merek Beras Kita Medium, merek Beras Kita Premium, merek Gula Manis Kita, Minyak Goreng Kita dan lain sebagainya. Hal itu untuk menjadi standardisasi bagi konsumen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement