REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen semen tertua di Indonesia, PT Semen Padang, menambah satu tahun lagi deret perjalannannya sejak berdiri pada 1910 silam. Ahad (18/3) ini, industri kebanggaan masyarakat Sumatra Barat ini tepat berusia 108 tahun. Angka tersebut tentu menunjukkan rentang umur yang tak lagi muda.
Komisaris Semen Padang Khairul Jasmi, mencatat sejarah keberadaan Semen Padang selama satu abad lebih telah berjalin dengan sejarah masyarakat Minangkabau. Bahkan sejarah bangsa Indonesia secara umum.
Menurutnya, pabrik Semen Padang merupakan bagian penting dari sejarah modernisasi dan industrialisasi di Indonesia, karena ini lah pabrik semen dan industri besar pertama yang dibangun di Indonesia dan masih tetap eksis.
Kalau saja tidak ada pabrik semen di Bukit Indarung ini, lanjutnya, Bangsa Indonesia mungkin belum akan melihat Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, Gedung MPR/DPR di Senayan, dan Hotel Indonesia di jantung Jakarta pada awal tahun 1960-an.
"Mungkin pula belum ada Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi yang membelah Kota Palembang hingga tahun 1970-an," kata Khairul Jasmi.
Khairul mengingatkan, dengan besarnya peran Semen Padang di masa silam hingga kini, sejarah Semen Padang pantas dicatat dan diarsipkan dengan baik. Sayangnya, arsip-arsip itu dibawa Belanda menjelang peristiwa pengambilalihan pabrik (nasionalisasi) tahun 1958. Kini, untuk mendapatkan arsip tentang Semen Padang, perusahaan harus mencarinya ke negeri Belanda.
Manajemen Semen Padang pada tahun 2009 pernah mengirim tim untuk melacak arsip-arsip tersebut, demi kepentingan pembangunan Museum Semen Indonesia, di lokasi Pabrik Indarung I. Meski dokumen aslinya tak mungkin diminta, perusahaan bisa membuat reproduksinya. "Hasil reproduksi arsip itu tentu bisa disimpan di PT Semen Padang sendiri dan dibuat kopiannya untuk (salah satu) perpustakaan yang ada di Sumatra Barat," katanya.