Jumat 16 Mar 2018 04:33 WIB

Pengamat: Pertumbuhan Kredit Cerminan Ekonomi Nasional

Lesunya kondisi ekonomi akan membuat sektor riil mengerem produksi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (15/3).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Ia bahkan mengimbau, agar perbankan tidak tidak mencari aman sehingga banyak kredit tersalurkan.

Menanggapi hal itu, Pengamat Perbankan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Paul Sutaryono menilai, pertumbuhan kredit perbankan merupakan cerminan kondisi ekonomi nasional. Pasalnya, kata dia, lesunya kondisi ekonomi akan membuat sektor riil atau dunia usaha mengerem kapasitas produksi.

"Jadi sektor riil juga mengerem permintaan kredit atau tidak mencairkan kredit yang sudah disetujui (undirsbursed loan). Hal itu membuat kredit melambat sehingga pertumbuhan kredit pun kurang optimal," tutur Paul kepada Republika.co.id, Kamis, (15/3).

 

Baca juga, Jokowi Minta Bank Lebih Agresif Keluar dari Zona Nyaman.

 

Maka ia menegaskan, bank dituntut harus tetap menggenjot kredit produktif seperti kredit modal kerja serta investasi. Misalnya seperti kredit ke proyek infrastruktur, sehingga bisa langsung menggerakkan sektor riil.

"Jadi bank harus berani ambil risiko. Meski begitu tetap harus prudent, apalagi bank kan ada manajemen risiko," kata Paul.

Dirinya memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini akan lebih baik dari 2017. Maksimal bisa mencapai 10 persen, sebelumnya tahun lalu pertumbuhan kredit sekitar 8,5 persen

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement