REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR-RI, Ecky Awal Mucharam, meminta Gubernur BI yang terpilih nanti agar fokus pada tugasnya mengelola stabilitas mata uang. Ia sangat memperhatikan kinerja BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
"Kalau Rupiah masih melemah terus artinya kinerja BI tidak memenuhi harapan Undang-Undang," kata Ecky, Rabu (14/3).
Ecky menjelaskan, depresiasi rupiah mendatangkan banyak kerugian. Misalnya cicilan utang luar negeri semakin mahal. Selain itu, inflasi dari sisi impor pun semakin tinggi jika nilai tukar terdepresiasi.
Impor BBM akan mahal dan menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan yang semakin lebar. Depresiasi Rupiah pun akan menyebabkan harga barang-barang impor semakin mahal.
Padahal sebagian besar bahan baku industri masih dari impor. "Jelas ini menyebabkan harga barang-barang industri mahal, dan semakin menyengsarakan rakyat, yang pendapatannya pas-pasan," kata Ecky.
Karena itu, Ecky berharap gubernur BI yang baru akan memperhatikan persoalan nilai tukar rupiah ini. Terlebih, nilai tukar memiliki kaitan erat dengan variabel-variabel makro ekonomi lainnya. "Alasan yang selama ini sering kita terima adalah bahwa rupiah perlu menjaga keseimbangan baru," kata dia.
Presiden telah mengirim nama calon tunggal pengganti Gubernur Bank Indonesia (GBI) yang akan selesai Mei mendatang, yakni Perry Warjiyo. Saat ini Perry menjabat Deputi Gubernur Bank Indonesia.