Rabu 14 Mar 2018 16:26 WIB

Ini Upaya BI untuk Mengurangi Ketergantungan Terhadap Dolar

Enam perusahaan pakai mata uang lokal dalam transaksi perdagangan lintas negara.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Nilai tukar rupiah yang sedang terseok
Foto: republika
Nilai tukar rupiah yang sedang terseok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebutkan, pada Februari 2018 sudah terdapat enam perusahaan yang menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan antar negara.

Dengan LCS ini, pelaku usaha yang sering melakukan ekspor dan impor dapat lebih efisien menggunakan mata uang negara setempat, sehingga tidak perlu lagi menggunakan dolar AS.

Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal mengungkapkan, sebelumnya bank sentral telah bekerjasama dalam perdagangan menggunakan mata uang lokal dengan Jepang (Yen), Eropa (Euro), dan Cina (Renminbi).

"Per Februari, sudah ada enam perusahaan yang menggunakan LCS. Hampir seluruh bank yang ikut program itu sudah menyiapkan infrastruktur," ungkap Agusman di Gedung Bank Indonesia, Rabu (14/3).

Adapun bidang usaha perusahaan tersebut yang menggunakan LCS yakni importir makanan hingga suku kendaraan bermotor.

Menurut Agusman, upaya ini dilakukan oleh BI untuk mengurangi ketergantungan rupiah terhadap dolar AS. Apalagi saat ini volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat dipengaruhi sentimen global, terutama faktor ekonomi AS.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menambahkan, pada Desember 2017 lalu bank sentral juga telah menjalin kerja sama dengan Malaysia dan Thai land untuk menggunakan mata uang Rupiah, Bath dan Ringgit dalam perdagangan ketiga negara. Kerja sama ini dilakukan karena perdagangan antara Indonesia dan kedua negara cukup besar."Seharusnya kebutuhan dolar di tiga negara ini bisa dikurangi kalau bisa dorong penggunaan mata uang lokal. Ini juga sudah diawali sejak tahun lalu," ujar Doddy.

Selain dengan penggunaan local currency, BI juga mewajibkan korporasi yang memiliki utang luar negeri dalam valuta asing untuk melakukan lindung nilai (hedging) sebesar 25 persen. Hal ini akan memitigasi risiko korporasi terhadap volatilitas nilai tukar.

"Kami bertahap introduksi instrumen swap hedging pada BI. sebelumnya kita kan sudah punya swap hedging dalam mata uang dolar AS, terus kita keluarkan lagi dengan mata uang selain dolar seperti yen," ujar Doddy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement