REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu (14/3) pagi bergerak naik empat poin menjadi Rp 13.731 per dolar AS dari Rp 13.735 per dolar AS. Bank Indonesia (BI) menilai penguatan rupiah akan berlanjut dalam sepekan.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi menjelaskan, stabilnya nilai tukar rupiah sudah berlangsung selama sepekan dan berada di atas nilai fundamentalnya. "Kami melihat pergerakan rupiah dua hari terakhir positif akan terus bertahan. Kemudian koreksi di pasar global selesai dan rupiah kembali di level selanjutnya sesuai fundamental," ujar Doddy dalam Bincang Bersama Media di Bank Indonesia, Rabu (14/3).
Menurut Doddy, nilai fundamental rupiah disesuaikan dengan kondisi pasar global. Penguatan nilai rupiah akhir- akhir ini disebabkan oleh melemahnya dolar AS karena beberapa data-data keuangan AS yang dikoreksi. Lalu kemudian pasar AS, berakhirnya kekhawatiran mengenai suku bunga Fed Fund Rate yang akan naik lebih dari tiga kali. Selain itu, situasi politik pejabat Federal Reserve juga mendorong penguatan rupiah.
Kemudian berita positif mengenai perkembangan negosiasi Brexit. Faktor lainnya di luar ekonomi, yakni pertemuan antara Trump dan Kim Jong-un yang juga menyebabkan dolar AS melemah. Melihat situasi ini, rupiah diperkirakan akan terus menguat.
"Rupiah level sekarang berada di angka yang menurut penilaian BI sudah di atas fundamental. Meskipun sudah kuat tapi seharusnya bisa lebih kuat daripada level sekarang," jelasnya.
Ekspektasi pasar akan pertemuan pejabat The Fed (FOMC) masih akan mendorong volatilitas nilai tukar terhadap dolar AS. Namun Doddy menilai, rupiah akan kembali menguat menjelang pertemuan FOMC pada 21 Maret mendatang. Karena begitu mendekati keputusan pada FOMC, parket sudah mulai tenang. "Seminggu lagi mudah-mudahan faktor volatilitas akan berkurang," katanya.