REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS sepanjang pekan lalu. Bahkan, sempat menyentuh level Rp 13.800 per dolar AS.
Meski begitu, perbankan mengaku kondisi itu tidak terlalu banyak berpengaruh. "Kalau bank konservatif, kami selalu ambil posisi square, tidak long atau short dolar AS dalam Dana Pihak Ketiga (DPK)," ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta, pekan ini.
Ia menambahkan, pelemahan kurs rupiah bisa banyak memengaruhi kondisi perbankan. Bila bank mengambil posisi dolar AS terlalu besar atau sebaliknya.
Lebih lanjut, menurutnya, pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS berpengaruh besar pada nasabah bank yang usahanya di bidang ekspor-impor. Maka, lindung nilai atau hedging harus dilakukan untuk menghindari pergerakan kurs.
"Eksportir mungkin akan lebih banyak terima rupiah harga lebih murah. Importir cost naik akan pengaruh ke masing-masing. BI dan OJK juga selalu anjurkan korporasi untuk hedge," tutur Jahja.
Berdasarkan indeks Jisdor, pada penutupan Jumat lalu, (9/3), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 13.794 per dolar AS. Sebelumnya pada Kamis, kurs rupiah berada di posisi Rp 13.774 per dolar AS.