Selasa 27 Feb 2018 18:34 WIB

Membuat Sabun dari Biji Kapas dan Kapuk

Pemanfaatan potensi biji kapas bisa memberikan nilai tambah yang menggiurkan.

Red: EH Ismail
Sabun padat berbahan baku minyak biji kapas.
Foto: Humas Balitbangtan.
Sabun padat berbahan baku minyak biji kapas.

Tanaman kapas (Gossypium hirsutum) dan kapuk (Ceiba pentandra) dikenal sebagai tanaman penghasil serat alam. Kapas dan kapuk termasuk dalam kelompok serat buah yang pemanfaatannya paling banyak untuk bahan baku tekstil.

Saat ini, produksi kapas dan kapuk masih tergolong rendah dan jauh dari kebutuhannya. Kebutuhan serat kapas untuk memenuhi industri TPT di Indonesia sebesar 454 ribu sampai 762 ribu ton serat. Sedangkan luas areal perkebunan kapas di Indonesia pada 2017 mencapai 5.686 hektare dengan produksi 700 ton. Artinya, hanya  kurang dari satu persen kebutuhan kapas dipenuhi dari dalam negeri, sisanya masih impor.

Pada 2016, impor kapas mencapai 485.774 ton. Hal yang sama untuk serat kapuk. Luasan tanaman kapuk yang semakin berkurang berakibat pada penurunan produksi. Salah satu penyebab dari rendahnya produksi kapas dan kapuk adalah kurangnya minat petani untuk menanam komoditas ini karena rendahnya harga jual.

Oleh karena itu, diperlukan beberapa langkah untuk menumbuhkan minat petani menanam kapas dan kapuk. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan hasil samping tanaman kapas dan kapuk menjadi produk dengan nilai jual yang tinggi, sehingga dapat menambah penghasilan petani.

Hasil samping tanaman kapas adalah biji kapas. Proporsi biji adalah 3/5 bagian. Apabila produksi kapas mencapai 700 ton kapas berbiji, maka akan dihasilkan 420 ton biji kapas. Jika potensi biji kapas ini dimanfaatkan, maka akan memberi nilai tambah pada kegiatan agribisnis kapas.

Biji kapas mengandung minyak, protein, dan lemak. Kandungan minyak dalam inti biji kapas mencapai 30,01 sampai 36,45 persen. Minyak biji kapas mengandung 11,7 persen  asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang terdiri atas 14,7 persen asam oleat, 69,6 persen asam linoleat, dan 0,7 persen asam linolenat.

Adapun biji kapuk mengandung minyak sekitar 24 sampai 40 peren. Persentase biji kapuk yang terkandung pada setiap gelondong buahnya sebesar 26 persen. Dengan demikian, setiap 100 kilogram gelondong kapuk akan menghasilkan 26 kilogram limbah biji kapuk.

Selama ini, biji kapuk masih kurang dimanfaatkan dan dibuang begitu saja tanpa diolah dan dimanfaatkan. Padahal, kandungan minyak biji kapuk yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun padat.

Minyak bisa diperoleh dari proses ekstraksi biji kapas dan kapuk. Proses ekstraksi pun dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara fisik, misalnya, yakni dengan pengepresan. Cara lainnya adalah cara kimia dengan ekstraksi pelarut.

Warna minyak biji kapas dan kapuk adalah kuning kecokelatan.

Minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi masih dalam bentuk minyak yang belum jernih (crude oil), sehingga memerlukan proses penjernihan, yaitu dengan cara pemisahan gum (deguming), netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penyaringan.

Tahap pertama dalam proses penjernihan minyak adalah deguming. Deguming bertujuan untuk memisahkan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfotida, residu, karbohidrat, gossypol, air, dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak.  Netralisasi minyak biji kapas hasil deguming dipanaskan hingga 50 sampai 60 derajat Celcius sambil diaduk.

Pemucatan adalah proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna dan gossypol yang terkandung di dalam minyak. Setelah melalui proses pemucatan, dilakukan penyaringan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang tersisa pada minyak biji kapas dengan menggunakan alat penyaring.

Dari keseluruhan proses tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemanfaatan minyak biji kapas dan kapuk sebagai bahan baku pembuatan sabun padat dapat menjadi alternatif diversifikasi produk. Apalagi, hal itu bisa dilakukan cukup dengan menggunakan hasil samping tanaman kapas dan kapuk.

Hal ini membuktikan pula bahwa [embuatan sabun berbahan dasar minyak biji kapas dan kapuk adalah salah satu cara pemanfaatan hasil samping tanaman serat. Diversifikasi produk tanaman serat merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai tambah tanaman serat selain sebagai bahan baku tekstil. Sabun padat dari minyak biji kapas dan kapuk ini diharapkan memiliki manfaat yang nyata bagi petani kapas dan kapuk pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari manfaat lain dari tanaman serat serta potensi hasil sampingnya agar bisa dihasilkan diversifikasi produk yang lebih bermanfaat. (Elda Nurnasari/Balitbangtan)

Gambar . Sabun padat berbahan baku minyak biji kapas (a) minyak biji kapuk (b)

Minyak biji kapas hasil ekstraksi (a), deguming (b); minyak biji kapas hasil pemucatan (c) dan penyaringan (d).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement