REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (27/2) bergerak menguat sebesar delapan poin. Rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.640 dibanding posisi sebelumnya Rp 13.648 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa turunnya sejumlah imbal hasil obligasi di Amerika Serikat membuat permintaan aset berdenominasi dolar AS mereda, pelaku pasar mulai melirik aset berisiko di negara berkembang seperti Indonesia sehingga rupiah mengalami apresiasi.
"Aksi beli pada aset denominasi dolar AS cenderung mereda, kondisi itu membuat pergerakan mata uang Amerika Serikat cenderung melemah," kata Reza di Jakarta, Selasa (27/2).
Di sisi lain, lanjut dia, suksesnya penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) turut berimbas positif pada mata uang rupiah. Penerbitan itu membuat permintaan terhadap mata uang rupiah meningkat.
"Di tengah situasi yang kondusif itu mata uang rupiah memiliki peluang untuk terus melnjutkan apresiasi," katanya.
Sementara itu,analis Monex Investindo Futures Putu Agus menambahkan bahwa pimpinan Bank Sentral AS atau The Fed baru, yakni Jerome Powell akan memberikan pernyataan atau testimoni di hadapan Kongres untuk pertama kalinya. Powell yang dinilai "dovish" turut menjadi faktor yang membuat laju dolar AS tertahan.
"Sejak awal namanya muncul sebagai kandidat pimpinan The Fed, Powell disebut merupakan orang yang lebih condong bersikap 'dovish'," kata Putu Agus.