Selasa 13 Feb 2018 17:50 WIB

Investor Waspadai Data Inflasi AS, Kurs Rupiah Melemah

Data inflasi bisa mendorong pasar kembali melakukan aksi jual.

Red: Nur Aini
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore (13/2), bergerak melemah sebesar 26 poin menjadi Rp 13.665 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.639 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa permintaan untuk aset mata uang berisiko masih terbatas seiring investor terlihat waspada menjelang perilisan data inflasi Amerika Serikat pada pekan ini.

"Data inflasi AS yang lebih kuat dari ekspektasi dapat mendorong pasar kembali melakukan aksi jual terhadap aset berisiko," katanya di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan pelaku pasar memperkirakan bank sentral juga akan memberlakukan kenaikan suku bunga The Fed pada Maret mendatang. Kemungkinan ada dua kenaikan lagi sepanjang tahun ini.

Sementara itu, Global Head of Currency Strategy and Market Research FXTM, Jameel Ahmad mengatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS dipicu sentimen eksternal mengenai potensi kenaikan suku bunga The Fed. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah cenderung relatif terbatas mengingat bukan terjadi karena ekonomi Indonesia. Diharapkan, melemahnya kurs rupiah dapat mendukung pertumbuhan ekspor Indonesia.

Menurutnya, pergerakan dolar AS juga tampaknya berisiko kehilangan peningkatan menyusul sebagian pelaku pasar sudah memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (13/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.644 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.609 per dolar AS.

Baca juga: BTN Berencana Ajukan Utang Bilateral Hingga Rp 7 Triliun

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement