REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 tertolong oleh sejumlah faktor eksternal. Menurut Faisal, pemulihan harga komoditas berhasil mengangkat pertumbuhan ekspor hingga mencapai 9,09 persen dan membantu ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,07 persen pada 2017.
"Sayangnya, kenaikan ekspor atau daya dorong dari eksternal ini tidak diimbangi perbaikan internal. Konsumsi rumah tangga masih di bawah 5 persen," ujar Faisal ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (5/2).
Faktor domestik lainnya yakni belanja pemerintah tumbuh 2,14 persen dinilai tidak maksimal karena masih jauh di bawah pertumbuhan PDB secara keseluruhan. Menurut Faisal, hal ini yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mencapai target yang sebesar 5,2 persen meski terjadi perbaikan ekonomi global.
Sebagai perbandingan, negara tetangga di kawasan Asia Tenggara mampu tumbuh di atas ekonomi Indonesia. Bahkan, Filipina dengan pertumbuhan ekonomi 6,7 persen dan Vietnam dengan pertumbuhan 6,8 persen termasuk dalam tiga besar negara dengan pertumbuhan tertinggi se-Asia pada 2017.
Dua negara tetangga Indonesia itu kalah tipis dari Cina yang tumbuh sebesar 6,9 persen pada 2017. "Semestinya dengan ekonomi sebesar Indonesia dan dengan berbagai potensi bisa tumbuh jauh di atas 5 persen," ujar Faisal.