REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Para analis Wall Street mulai mengamini akan dampak negatif terlalu banyaknya toko dan mahalnya harga produk Starbucks Corp terhadap pertumbuhan AS. Perusahaan yang berbasis di Seattle itu kini punya jaringan toko lebih banyak dari jaringan toko McDonald Corp.
Namun, Starbucks harus berjuang lebih dari setahun ini untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan yang diinginkan para investor, demikian dilansir Reuters, Sabtu (3/2). Jajaran eksekutif Starbucks mewanti-wanti pada 2018 ini pertumbuhan mereka diprediksi akan relatif rendah.
Dalam laporan kuartalannya, Starbucks menyebut penjualan mereka hanya naik dua persen atau di bawah ekspektasi meski berada di masa libur akhir tahun. Dua tahun lalu, pertumbuhan bisnis Starbucks naik sembilan persen untuk periode yang sama.
Starbucks sendiri beralasan hal itu disebabkan lesunya bisnis domestik termasuk turunnya busnis ritel, perubahan program hadiah mereka, hambatan dalam layanan melalui aplikasi ponsel, dan kurang berhasilnya promosi khusus masa liburan. Starbucks juga membantah bila jumlah toko mereka yang berada di 14.163 titik di AS atau 127 toko lebih banyak dari jumlah toko milik McD, tidak kanibal terhadap pangsa penjualan satu toko dengan toko lain.
Starbucks menyatakan performa toko-toko mereka terbilang bagus dan berdampak positif terhadap kedai kopi di sekitar mereka. Sayangnya, para analis tak sepakat. Analis Bernstein, Sara Senatore mengatakan, pertumbuhan toko yang terlalu banyak bisnis Starbucks sudah pada titik matang jadi pangkal persoalan.
Menurut Presiden Quo Vadis Capital, John Zolidis, masalah Starbucks sederhana, kapasitas berlebih di industri. "Starbucks membuat masalah dengan membuka toko baru," kata Zolidis.
Terlalu banyaknya toko bukan satu-satunya masalah Starbucks. Zolidis yakin Starbucks juga menaikkan harga terlalu tinggi.
Global Corporate Communications Starbucks Reggie Borges mengatakan harga rata-rata Starbucks naik satu hingga dua persen secara tahunan. Namun, Starbucks juya menawarkan aneka rabat dan program hadiah.
Analis Credit Suisse, Jason West mengatakan, persaingan kedai kopi yang ketat plus tambahan 700 toko dalam setahun menahan percepatan pertumbuhan bisnis Starbucks.
Analis Maxim Group, Stephen Anderson, mengatakan saat ini McD menjual kopi seharga satu dolar per cangkir dan espresso seharga dua dolar per cangkir. Harga itu tak berubah selama dua tahun terakhir.
Anderson mengatakan, Dunkin Donuts saja hanya menaikkan harga satu persen. Sementara Starbucks menaikkan harga sekitar 3,5 persen tiap tahun. Selain itu, kompetitor juga lebih berhasil menarik pasar kelompok menengah bawah yang tidak tergarap Starbucks.