Jumat 02 Feb 2018 07:24 WIB

Amazon Catat Keuntungan Terbesar dalam Sejarah E-Commerce

Keuntungan terbesar diraih Amazon saat musim liburan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Amazon.com
Foto: EPA
Amazon.com

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amazon.com Inc melaporkan keuntungan mendekati 2 miliar dolar AS. Keuntungan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah peritel online.

Laba bersih peritel online terbesar di dunia ini meningkat dua kali lipat menjadi 1,86 miliar dolar AS atau 3,75 dolar AS persaham pada kuartal IV 2017. Salah satu faktor yang menyumbang keuntungan tersebut yakni didorong oleh penjualan di musim liburan. Selain itu kebijakan pengurangan pajak yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi faktor peningkatan keuntungan Amazon.

"Ini adalah kuartal yang menggembirakan untuk Amazon, musim liburan diperkirakan meraup 50 persen keuntungan dari semua penjualan," ujar Analis GBH Insight, Daniel Ives dilansir Reuters, Jumat (2/1).

Penujalan Amazon pada musim liburan tahun baru naik 38 persen menjadi 60 miliar dolar AS. Layanan pengiriman cepat yang dimiliki oleh Amazon yakni Prime Now adalah primadona bagi perusahaan, karena memberikan kemudahan bagi pembeli ketika berbelanja pada musim liburan. Amazon mencatat terdapat sekitar lebih dari 4 juta mendaftar layanan Prime Now dalam satu minggu pada kuartal terakhir 2017.

Selain itu, pendapatan dari biaya berlangganan tumbuh 49 persen menjadi 3,2 miliar dolar AS. Sedangkan, pendapatan dari periklanan dan lain-lain naik menjadi 62 persen menjadi 1,74 miliar dolar AS. Adapun Amazon Web Services (AWS) yang berduel dengan Microsoft untuk menangani data dan komputasi, telah melihat marjin keuntungan perusahaan mulai meningkat pada kuartal ketiga 2017.

Amazon terus melakukan ekspansi bisnis di luar Amerika Serikat, dengan jumlah karyawan global yang naik menjadi 66 persen dibandingkan dengan 2016. Pada awal pekan ini, Amazon mengumumkan kemitraan dengan JPMorgan Chase & Co, dan Berkshire Hathaway Inc untuk menentukan bagaimana mengefisiensikan biaya kesehatan bagi ratusan ribu karyawan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement