Selasa 30 Jan 2018 19:22 WIB

Indef: Kenaikan Tarif Listrik Pengaruhi Inflasi

Kenaikan tarif listrik dampaknya 2,5 sampai 3 persen terhadap inflasi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Budi Raharjo
Petugas memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Jatinegara Barat, Jakarta.
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Petugas memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Jatinegara Barat, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan kemungkinan adanya kenaikan tarif listrik bisa mempengaruhi inflasi. Bahkan menurutnya hal tersebut sama seperti dampak jika harga beras naik.

"Penyesuaian tarif listrik dampaknya hampir sama dengan kenaikan harga beras yakni sekitar 2,5 sampai 3 persen terhadap inflasi," kata Bhima kepada Republika, Selasa (30/1).

Dia mengatakan hal tersebut bisa saja terjadi karena sensitifitasnya terhadap inflasi cukup besar. Meskipun saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak akan menaikan tarif dasar listrik dalam waktu dekat.

Sementara itu, jika penyesuaian tarif listrik terjadi karena berdasarkan harga batu bara yang cenderung naik, menurut Bhima akan berpengaruh juga terhadap daya beli masyarakat. "Padahal, daya beli masyarakat terutama kelompok pengeluaran menengah kebawah masih lemah," ujar Bhima.

Untuk itu, Bhima berharap meski saat ini Kementerian ESDM tengah membuat formula baru tapi jangan sampai berpengaruh dengan kenaikan tarif dasar listrik. Paling tidak harga tersebut tidak naik hingga akhir 2018.

Solusinya, kata dia, pemerintah bisa melakukan upaya kepada PT PLN (Persero). "Selisih tarif keekonomian listrik dan tarif subsidi ditanggung oleh PLN. Sebagai kompensasi agar keuangan PLN tidak terganggu maka pemerintah bisa menyuntik PMN lebih besar," jelas Bhima.

Sebab, Bhima khawatir jika pembuatan formula baru berdasarkan harga batu bara saat ini bisa menimbulkanadanya penyesuaian tarif dasar listrik. Hal tersebut sangat tidak baik terutana bagi masyarakatmiskin atau pengangguran.

Selain itu, saat ini menurutnya juga akan menjelang lebaran pada Juni 2018. "Kita lihat, Juni sudah lebaran dimana inflasi secara musiman biasanya tinggi," jelas Bhima.

Dia menambahkan, proyeksi inflasi tanpa adanya penyesuaian listrik di akhir tahun bisa mencapai 3,6 persen di atas asumsi inflasi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 3,5 persen. Jika ditambah penyesuaian harga listrik, lanjut Bhima, inflasi bisa naik 4,2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement