Selasa 30 Jan 2018 12:49 WIB

Kemenpar Minta Rute Baru Penerbangan Internasional Ditambah

Sekitar 75 persen wisatawan mancanegara datang ke Indonesia melalui jalur udara.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Pariwisata, Yudi Rifajantoro (kanan) bersama Direktur Kargo Garuda Indonesia, Sigit Muhartono (kiri) menandai pembukaan dua rute penerbangan internasional baru, Xian dan Zhengzhou.
Foto: Mutia Ramadhani/Republika
Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Pariwisata, Yudi Rifajantoro (kanan) bersama Direktur Kargo Garuda Indonesia, Sigit Muhartono (kiri) menandai pembukaan dua rute penerbangan internasional baru, Xian dan Zhengzhou.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersinergi dengan maskapai, PT Angkasa Pura, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, dan pelaku pariwisata untuk membereskan masalah konektivitas udara, terutama penerbangan langsung internasional dari sejumlah negara ke Indonesia dan sebaliknya. Sinergi 3A, yaitu airport (bandara), airline (maskapai), dan authority (otoritas dan pemangku kepentingan) perlu diperkuat sebab konektivitas udara masih menjadi salah satu kelemahan sektor pariwisata nasional.

"Bagaimana pun kita perlu mendorong maskapai lokal, seperti Garuda untuk mendapatkan slot penerbangan rute-rute internasional baru," kata Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Pariwisata, Yudi Rifajantoro dijumpai Republika di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (30/1).

Sekitar 75 persen wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia melalui jalur udara. Indonesia menargetkan 17 juta wisman 2018 dan puncaknya 20 juta wisman 2019, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

Yudi mengatakan seat capacity pesawat menjadi kunci tercapainya target tersebut. Target wisman tahun ini membutuhkan 17 juta seat capacity, meningkat dari posisi sekitar 14 juta seat capacity tahun lalu.

"Ini berarti kita membutuhkan rute-rute internasional baru untuk penerbangan langsung, dan yang paling efektif adalah Bali," kata Yudi.

Pemerintah menyeriusi pasar Cina dengan potensi 130 juta turis outbond setiap tahunnya. Akan tetapi, kata Yudi pasar-pasar lainnya yang efektif, namun terkendala konektivitas tak boleh ditinggalkan.

Pasar tersebut terutama Australia yang merupakan negara tetangga Indonesia. Berikutnya negara-negara Eropa, seperti Inggris, Prancis, Belanda dan Jerman.

Saat ini penerbangan langsung ke negara-negara tersebut baru dilakukan Garuda Indonesia.

India juga menjadi fokus pemerintah di mana pertumbuhan wismannya ke Indonesia sepanjang 2017 sangat tinggi, mencapai 36 persen.

Kebanyakan wisman India mengakses Indonesia melalui Kuala Lumpur dan Bangkok. Terakhir, pasar konvensional Indonesia, yaitu Singapura, Malaysia, dan Korea Selatan.

Direktur Kargo Garuda Indonesia, Sigit Muhartono mengatakan awal tahun ini perusahaan membuka dua rute internasional baru dari dan ke Cina, yaitu Xian dan Zhengzhou. Penerbangan perdana dari kota tua dan pusat komunitas Muslim terbesar di Cina itu dilakukan Selasa (30/1).

"Tahun ini kami juga melihat potensi penerbangan langsung dari kota-kota lainnya di Cina, khususnya Kunming dan Shenyang," kata Sigit.

Selain Cina, maskapai bintang lima ini berencana membuka penerbangan langsung Mumbai-Denpasar dan sebaliknya tahun ini. Sigit mengatakan perusahaan juga membidik penerbangan langsung Manila-Denpasar, dan Taiwan-Denpasar via Hong Kong.

Rute internasional Garuda Indonesia tumbuh signifikan akhir 2017. Porsi pendapatan (revenue) Garuda sepanjang tahun lalu hampir sama antara penerbangan domestik dan internasional dengan nilai 2,9 miliar dolar AS atau setara Rp 41,4 triliun.

Garuda Indonesia saat ini sudah melayani lebih dari 80 destinasi di seluruh dunia dan berbagai daerah di Indonesia. Jumlah penerbangannya mencapai 600 penerbangan per hari. Maskapai plat merah ini mengoperasikan sebanyak 199 armada dengan rata-rata usia pesawat lima tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement