REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Bulog Sub Divre Subang, siap bersaing dengan tengkulak. Pasalnya, saat ini perusahaan BUMN ini diharuskan menyerap gabah petani dengan harga komersial. Karena itu, Bulog Subang menyiapkan alokasi anggaran tak terhingga untuk penyerapan gabah tersebut.
Kepala Bulog Sub Divre Subang, Agus Supriyanto, mengatakan, saat ini pemerintah sudah menginstruksikan Bulog untuk menyerap gabah petani dengan harga komersial. Maksudnya, penyerapan ini tidak lagi mengacu pada aturan harga pembelian pemerintah (HPP). Dengan begitu, Bulog siap bersaing dengan bandar gabah di lapangan.
"Berapapun harganya, asalkan masuk akal dan sesuai standarisasi akan kita beli," ujar Agus, kepada Republika.co.id, Ahad (28/1).
Karena itu, untuk alokasi anggarannya pihaknya menyediakan tak terhingga. Sebab, disesuaikan gabah petani yang berhasil diserap. Saat ini, kata Agus, pihaknya telah menyerap gabah mencapai 100 ton. Penyerapan ini akan terus bertambah, seiring dengan puncak panen di bulan Maret mendatang.
Menurut Agus, harga gabah di tingkat petani saat ini masih tinggi. Yang paling murah mencapai Rp 6.500 per kilogram dalam kondisi basah. Jika gabah kering, harganya bisa mencapai Rp 7.300 per kilogram.
Penyerapan dengan metode lama, yakni menggunakan HPP, kata Agus, jelas Bulog tidak akan kebagian gabah. Sebab, HPP untuk GKP hanya Rp 3.700 per kilogram. Untuk gabah keringnya Rp 4.650 per kilogram. Sedangkan, harga saat ini dua kali lipatnya.
Karena itu, untuk memenuhi stok beras, pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan mengenai penyerapan gabah dengan harga komersial. Meski demikian, lanjut Agus, tentu pihaknya juga tidak serampangan dalam menyerap gabah. Ada standarisasinya. Salah satunya, mengenai kadar air gabah tersebut. "Kalau kadar airnya tinggi, gabah tersebut tidak kita prioritaskan," ujarnya.
Gabah yang diserap dengan harga komersial tersebut, kata Agus, diperuntukan untuk memenuhi stok beras nasional. Atau bisa dijual lagi dalam bentuk beras kualitas premium dan medium.
Sementara itu, Rohyan Rouf (36 tahun) petani asal Desa Gardu Mariuk, Kecamatan Tambak Dahan, mengaku, selama ini petani selalu menjual gabah ke tengkulak. Sebab, harganya lebih tinggi dari pembelian Bulog. Akan tetapi, dengan kebijakan baru ini para petani berharap pemerintah hadir.
"Kita ingin merasakan kehadiran pemerintah, melalui pembelian gabah dengan harga pasaran. Semoga segera teralisasi," ujarnya.
Baca juga: Bantul akan Panen Padi 4.300 Hektare Bulan Depan