REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga rata-rata beras medium di tingkat nasional masih di atas Rp 11 ribu per kilogram meski Perum Bulog sudah melakukan operasi pasar (OP) yang bertujuan meredam gejolak harga. Terkait harga yang masih tinggi tersebut, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, mengatakan pihaknya akan terus menggelontorkan beras ke pasar sampai harga kembali normal.
"Upaya yang bisa dilakukan Bulog hanya menambah jumlah beras untuk operasi pasar dan memperluas jangkauannya," kata dia, saat ditemui wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (24/1).
Hingga 24 Januari, Bulog mencatat, realisasi penyaluran beras medium lewat kegiatan operasi pasar sepanjang Januari 2018 telah mencapai 127 ribu ton. Sebelumnya, pada periode November-Desember 2017 lalu, perusahaan pelat merah itu juga telah melakukan operasi pasar dengan menggelontorkan beras sebanyak lebih dari 50 ribu ton.
Bulog sendiri ditugaskan oleh pemerintah untuk melakukan operasi pasar sampai akhir Maret 2018. Di saat yang sama, perusahaan milik negara tersebut juga diminta untuk melakukan importasi beras. Ada 218 ribu beras impor asal Thailand, Vietnam dan India yang akan segera masuk ke Indonesia secara bertahap mulai pekan pertama Februari mendatang.
Djarot mengatakan, berdasarkan keputusan rapat koordinasi terbatas (rakortas) di tingkat menteri koordinator bidang perekonomian, beras impor akan digunakan untuk memperkuat stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Ia menyebut, stok CBP saat ini hanya sekitar 130 ribu ton. Padahal, idealnya pemerintah harus memiliki cadangan beras paling tidak sebanyak 1 juta ton.
Baca juga: Dua Perusahaan Pemasok Beras Impor Mundur