REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah industri kecil menengah yang memproduksi garam konsumsi beryodium di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mulai berguguran. Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu dan Furniture, Kementerian Perindustrian, Sudarto, menyebut dari 91 IKM yang ada di sentra industri garam Pati, kini hanya tersisa 23 IKM yang masih beroperasi dan memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Banyak IKM garam yang mati. Karena tidak ada pasokan bahan baku, mereka tidak bisa berproduksi," ujarnya, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (24/11).
Sudarto menuturkan, pada awal 2017 lalu, terjadi kelangkaan garam setelah stok garam rakyat habis. Sementara, garam impor yang didistribusikan oleh PT Garam terlambat diterima oleh IKM. Akibatnya, IKM tak dapat berproduksi.
Padahal, kata Sudarto, jika IKM tidak berproduksi selama enam bulan, maka SNI yang mereka miliki bisa mati. SNI adalah syarat wajib yang harus dimiliki industri jika produknya ingin dijual ke pasar.
Pemerintah telah memutuskan untuk mengimpor garam khusus industri sebanyak 3,7 juta ton pada tahun ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, impor dilakukan karena industri membutuhkan garam khusus yang tidak diproduksi di dalam negeri.