Rabu 24 Jan 2018 00:08 WIB

Pekerja Garuda Keluhkan Jam Kerja, Ini Tanggapan Management

Jam istirahat yang minim dikeluhkan pilot.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Garuda Indonesia (Ilustrasi)
Garuda Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat Pekerja PT Garuda Indonesia Bersatu yang terdiri dari Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) mengungkapkan kondisi perusahaan yang menurut mereka sudah tidak sesuai dalam beberapa hal. Direktur Operasional PT Garuda Indonesia (Persero) Triyanto Moeharsono menganggap apa yang dilakukan para pekerja demi kepentingan bersama agar selaras.

Dia memastikan, semua bekerja sesuai perjanjian kerja bersama. "Kami beberapa kali berdiskusi dengan ikatan penerbang dan saya pikir sudah mulai mengkerucut," kata Triyanto di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (23/1).

 

Artinya, kata dia, apa yang diinginkan sudah sesuai dengan aturan. Hanya saja, Triyanto memastikan hal tersebut membutuhkan waktu dan proses sehingga dia yakin dalam waktu dekat akan ada kesepakatan dengan serikat pekerja Garuda Indonesia.

 

Dia mengakui memang ada beberapa hal yang menjadi masalah dan dikeluhkan oleh para pilot. "Misalnya masalah jam istirahat. Dalam aturan ada delapan hari sebulan, memang karena kami kekurangan penerbang kami negosiasi dengan mereka. Misalnya dikurangi satu hari dalam sebulan, tentunya dengan adanya kompensasi," kata Triyanto.

 

Meskipun begitu, Triyanto menegaskan direksi menganggap para pekerja sudah berkontribusi dengan baik untuk perusahaan. Sebab, maski ada beberapa hambatan namun operasional tetap berjalan dengan lancar dan profesioanal.

 

Soal waktu istirahat tersebut, dia memastikan bukan ada pengurangan namun karena belum tercukupinya sumber daya manusia (SDM). "Jadi jam istirahatnya karena ini kekurangan, artinya perusahaan melakukan ekspansi yang cukup besar, ini tidak dibarengi dengan penyediaan SDM," tutur Triyanto.

 

Dia menilai sangat membutuhkan waktu untuk menyediakan dan mencetak seorang penerbang  sampai satu tahun. Untuk itu, Triyanto merasa waktu terus berjalan tetapi kapasitas sedikit terbatas dan perusahaan memang membutuhkan penyesuaian.

 

"Kapasitas yang agak terbatas ini sehingga kami kurang kencang larinya dan ini butuh penyesuaian. Sehingga kami bernegosiasi dengan asosiasi boleh tidak kami pinjam jam istriahatnya," ungkap Triyanto.

 

Dia menjelaskan saat ini, Garuda Indonesia dalam sehari lebih dari 636 penerbangan. Sementara Garuda memiliki penerbang sebanyak 1.327 termasuk captain dan co-pilot dan setiap pesawat ada rasio masing-masing. Triyanto memastikan hingga akhir 2018 akan terus mengoptimalkan kapasitas penerbang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement