REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Penggilingan padi di sejumlah sentra produksi beras di Kabupaten Sukabumi masih sepi dari pasokan gabah. Dampaknya, harga gabah kering panen masih tinggi mencapai sekitar Rp 6.000 per kilogram.
"Saat ini masih kekurangan padi sejak dua bulan terakhir, " kata pemilik penggilingan padi di Kampung Cimuncang RT 03 RW 05, Desa/Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi, H Atin (60 tahun), kepada wartawan, Ahad (21/1). Penyebab kekurangan gabah ini dikarenakan faktor musim kemarau dan gagal panen.
Atin mengungkapkan, pada kondisi normal penggilingannya menerima gabah sekitar 7 ton per hari. Namun saat ini lanjut dia turun drastis hanya 7 kwintal per hari.
Menurut Atin, saat ini harga gabah dijual pada kisaran Rp 6.000 per kilogram. Padahal pada kondisi normal hanya Rp Rp 3.800 hingga Rp 4.000 per kilogram.
Langkanya gabah menyebabkan banyak warga yang mencari beras hingga ke penggilingannya. Bahkan kata dia warga tersebut ada yang datang dari Cianjur. Kondisi ini hampir sama terjadi di sejumlah
penggilingan padi lainnya di Sukabumi.
Namun, kata Atin, para pelaku penggilingan padi optimistis dalam sepekan ke depan mulai ada pasokan gabah dari selatan Sukabumi seperti Tegalbuleud, Surade, dan Jampang Kulon. Pasalnya berdasarkan informasi dari petani menyebutkan wilayah tersebut mulai panen.
"Jika pasokan lancar maka harga akan normal kembali, " kata Atin. Terlebih, daerah tetangga yakni Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi mulai masuk masa panen pada pertengahan Januari.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sukabumi Sudrajat menerangkan, musim panen di Sukabumi mulai dilakukan pada pertengahan Januari 2018. Bahkan pada 2018 ini diperkirakan Sukabumi surplus produksi beras sebesar 18 ribu ton. "Produksi beras pada Januari sebesar 39 ribu ton sementara kebutuhan hanya 20 ribu ton, " kata dia.