Kamis 18 Jan 2018 21:26 WIB

Ekonom UI: Harga Beras Tinggi karena Masalah Pasokan

Tingginya harga beras terjadi cukup masif dan merata di seluruh Indonesia.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Budi Raharjo
Diskusi Bulanan Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) dengan tema Impor Beras Antara Klaim Swasembada Kementan, Gagal Panen atau Permainan Mafia, Kamis (18/1).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Diskusi Bulanan Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) dengan tema Impor Beras Antara Klaim Swasembada Kementan, Gagal Panen atau Permainan Mafia, Kamis (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonom Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya meragukan ulah mafia dalam kenaikan harga beras saat ini. Sebab, tingginya harga beras terjadi cukup masif dan merata di seluruh Indonesia.

Kenaikan harga bukan hanya terjadi di DKI Jakarta. Setiap pekan, ia mengaku melakukan pengecekan harga pangan untuk semua provinsi. Kenaikan harga beras tersebar di Kalimantan bahkan pernah mencapai lebih dari Rp 13 hingga Rp 13.500 per kilogram (kg). Begitu juga kenaikan harga beras di Sumatra Barat, Riau dan wilayah lainnya.

"Kalau mau bicara mafia, tapi kok tersebar sangat luas," ujarnya saat ditemui di Gedung Rektorat ILUNI UI Salemba, Kamis (18/1).

Lagipula, bagi mafia, memainkan pasokan di Jakarta sudah cukup untuk meraup keuntungan besar. Apalagi kenaokan harga yang terjadi selama dua bulan dianggap terlalu berat bagi para mafia beras.

Pihaknya lebih meyakini pasokan beras lah yang menjadi penyebab harga beras melonjak. Menurut hukum ekonomi, ia melanjutkan, harga dan suplai berkaitan erat. Kalau harga tinggi hampir tidak mungkin ada pasokan berlebih.

"Indikasinya sulit percaya, klaim berlebih suplai 300 ton benar dan mafia menyimpan beras, nggak bisa ditaruh di kantong, (perlu disimpan; red) di gudang-gudang besar," ujarnya. Gudang besar itu terlihat dan bisa dilacak dengan teknologi satelit.

Beras merupakan komoditas yang sangat strategis dari segi makanan pokok. Komoditaa ini juga berkontribusi dalam menyumbang inflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak Desember sudah terjadi kenaikan harga yang berdampak padakontribusinya terhadap inflasi sebesae 0,6 persen pada 2017.

"Harus hati-hati kalau bicara dengan beras," tegas Berly yang juga menjabat sebagai Direktur Program INDEF.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement