Kamis 18 Jan 2018 09:55 WIB

Cina Pangkas Kepemilikan Surat Utang AS

Obligasi Global
Foto: blogspot.com
Obligasi Global

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Cina, pembeli terbesar surat-surat utang negara Amerika Serikat, memangkas kepemilikannya pada November 2017 setelah menambahkan sebesar 8,4 miliar dolar AS pada Oktober. Kepemilikan Cina atas surat utang pemerintah AS turun 12,6 miliar dolar AS menjadi 1,1766 triliun dolar AS pada November tahun lalu. Namun demikian, Cina tetap menjadi pemegang kuota terbesar surat utang AS.

Jepang, pemegang surat utang AS terbesar kedua, juga mengurangi kepemilikannya sebesar 9,9 miliar dolar AS menjadi 1,0841 triliun dolar AS pada bulan tersebut. Jepang telah memangkas kepemilikannya selama empat bulan berturut-turut.

Pada akhir November 2017, keseluruhan kepemilikan asing terhadap surat-surat utang AS sedikit menurun menjadi 6,3431 triliun dolar AS dari Oktober yang direvisi 6,3495 triliun dolar AS. Badan Pengelola Devisa Cina (State Administration of Foreign Exchange/SAFE), regulator valuta asing utama negara tersebut, baru-baru ini membantah sebuah laporan media asing bahwa sedang mempertimbangkan untuk melambatkan atau bahkan menghentikan pembelian sekuritas-sekuritas AS.

Cadangan devisa Cina telah diinvestasikan dalam cara yang beragam dan terdesentralisasi untuk menjaga aset-aset tetap aman dan memastikan nilainya tumbuh dengan mantap, kata regulator valas dalam sebuah pernyataan.

Seperti pergerakan investasi lainnya, pembelian surat utang AS adalah perilaku berbasis pasar dan tunduk pada manajemen profesional berdasarkan kondisi pasar dan target investasi, kata pernyataan tersebut.

Cadangan devisa Cina naik selama 11 bulan berjalan menjadi 3,14 triliun dolar AS pada akhir Desember tahun lalu, karena ekonomi naik ke posisi yang lebih kuat, dan pemerintah meningkatkan peraturan transfer modal ilegal dan investasi luar negeri.

Dengan meningkatnya stabilitas dan ketahanan ekonomi, serta reformasi lebih lanjut di pasar keuangan, Cina akan mempertahankan tingkat cadangan devisa yang seimbang dan stabil di tahun ini, kata regulator valas.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement