REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Dana Moneter Internasioal (IMF) menilai Cina harus mau melonggarkan perdagangan dan hambatan investasi bila ingin memimpin globalisasi. Dalam Asian Financial Forum di Hong Kong, Deputi Direktur Pelaksana IMF David Lipton mengakui, kepemimpinan Cina menjadi alasan bertahannya sistem perdagangan internasional saat ini. Namun, Beijing juga harus melakukan lebih.
IMF percaya, kepemimpinan yang efektif dan kredibel yang mendukung globalisasi perlu disertai keinginan untuk mengindentifikasi dan menyelesaikan persoalan internal yang ada. ''Artinya, memproteksi hak kekayaan intelektual dan mengurangi hambatan industri, menyelesaikan masalah kapasitas berlebih, dan mengurangi kebijakan yang terlalu berpihak kepada BUMN,'' kata Lipton seperti dikutip Bloomberg, Senin (15/1).
Pernyataan Lipton ini keluar beberapa hari setelah Tribun Perdagangan AS impor lembaran alumunium dari Cina mengantam industri AS sehingga AS berencana memasang hambatan berupa bea masuk. Para ekonom sendiri khawatir, ketegangan perdagangan AS-Cina akan jadi persoalan utama pertumbuhan global saat ini.
Menurut Lipton, Cina dipandang harus mengakselerasi sektor keuangan ke posisi yang lebih stabil. Apalagi, Cina punya kesempatan untuk mendorong reformasi ekonomi yang berdampak pada pertumbuhang inklusif dan berkelanjutan.
''Dari pengamatan kami, Cina membuat kemajuan baik di sektor keuangan. Tapi harus ada upaya agar usaha menstabilkan sektor keuangan tidak mengganggu kemajuan ekonomi dan sosial,'' kata Lipton.
Cina masih di jalur yang benar menuju target rasio utang terhadap PDB lebih dari 320 persen pada 2022. Level itu akan menyangingi Jepang. Hal itu juga dibenarkan Lipton. ''Cina harus menurunkan pertumbuhan kredit agar berada di bawah pertumbuhan ekonomi. Bila tidak, kredit akan tumbuh lebih cepat dari ekonomi,'' kata Lipton.
Lipton optimistis tentang ekonomi global. Ia melihat pertumbuhan di semua kawasan lebih cepat. Meski begitu, IMF masih belum tahu akan berapa lama kabar baik itu bertahan.
Ketegangan geopolitik IMF nilai bisa jadi salah satu pembatas pertumbuhan ekonomi global. Faktor lainnya adalah kebijakan moneter dan fluktuasi nilai tukar, selain juga rendahnya upah dan pertumbuhan produktivitas.