Ahad 14 Jan 2018 18:40 WIB

Perlambatan Dunia Usaha Disebabkan Lesunya Konsumsi

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Citra Listya Rini
Pelaku dunia usaha (ilustrasi)
Pelaku dunia usaha (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai, perlambatan dunia usaha pada kuartal keempat 2017 mempertegas adanya pelemahan permintaan.

Ia mengaku, perlambatan bisnis sejalan dengan perlambatan industri manufaktur di hulu maupun perdagangan di hilir. "Ini indikasi dari sisi konsumsi masih terjadi perlambatan pada kuartal keempat," ujar Faisal ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (14/1).

Faisal mengatakan, peningkatan inflasi pada Desember 2017 semestinya menjadi indikasi pemulihan ekonomi. Seperti diketahui, inflasi pada Desember tahun lalu sebesar 0,71 persen.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi pada Desember 2016 yang sebesar 0,42 persen. Meski begitu, menurut Faisal, inflasi Desember bukan didorong oleh permintaan atau perbaikan daya beli masyarakat.

Menurut Faisal, faktor perlambatan konsumsi menjadi penyebab utama perlambatan bisnis pada kuartal keempat 2017. Ia mengaku, peristiwa ini tidak terjadi secara musiman. Ia membandingkan dengan dunia ekonomi pada 2015 ketika pertumbuhan berada di bawah lima persen.

"Ketika itu, konsumsi masih cukup kuat dan dunia usaha secara umum juga cukup baik. Pada 2017, pertumbuhan ekonomi masih lebih baik tapi konsumsi kita lemah sehingga mempengaruhi dunia usaha secara keseluruhan," kata Faisal.

Dalam rilis Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia, pada kuartal keempat tahun lalu, kegiatan dunia usaha melambat dibandingkan kuartal sebelumnya, tercermin dari SBT yang turun dari 14,32 persen menjadi 7,4 persen.

Perlambatan terutama disebabkan oleh penurunan pada kegiatan usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan, akibat faktor musiman dan tidak kondusifnya cuaca.

"Selain itu, perlambatan kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 juga disebabkan oleh menurunnya kegiatan usaha sektor industri pengolahan,yang mencatat SBT minus 0,12 persen, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,76 persen," menurut BI dalam penjelasan tertulisnya.

Sejalan dengan perlambatan kegiatan usaha di kuartal IV 2017, tingkat penggunaan kapasitas produksi juga menurun dari 75,99 persen pada kuartal III 2017 menjadi 75,05 persem pada kuartal IV 2017.

Dari sisi tenaga kerja, hasil survei mencatat SBT jumlah tenaga kerja kuartal IV 2017 terkontraksi sebesar minus 0,89 persen, turun dari SBT 0,13 persen pada kuartal III 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement