REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid menilai belum ada bukti surplus beras yang diberitakan di media dengan mengutip pernyataan Kementerian Pertanian. Di Pasar Induk Beras Cipinang, yang merupakan pemasok beras DKI Jakarta, justru terjadi kelangkaan beras.
Alhasil, harga eceran tertinggi (HET) pada beras mengalami kenaikan di Pasar Induk Beras Cipinang. Untuk beras premium seharga Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per kg. Bisanya, beras tersebut dibeli dengan harga kurang dari Rp 12.000 per kg Sedangkan medium di atas Rp 10.000 per kg atau tepatnya Rp 11.000 per kg. "Biasanya, beras tersebut dibeli dengan harga Rp 8.500," ungkapnya.
Penyebab kenaikan tersebut, menurut Zulkifly, disebabkan oleh kosongnya pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang sementara permintaan konsumen meningkat. "Surplus dari mana? Buktinya mana? Yang surplus itu beras raskin, bukan beras medium yang bisa dikonsumsi," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (13/1).
Di Pasar induk Cipinang pasokan beras kurang sejak Desember 2017. "Sudah dari tiga bulan silam saya memeritahu Pak Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, bahwa ada kekhawatiran kelangkaan beras di sini," ujarnya.
Untuk itu, dia mendukung Kementerian Perdagangan mengimpor beras guna menutupi kekurangan dari Desember silam hingga Januari dan Februari mendatang. "Tapi yang harus impor itu adalah Bulog, jangan swasta. Aneh jika yang kurang beras medium, yang diimpor beras premium," katanya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito menyampaikan pemerintah memutuskan untuk mengambil langkah impor demi mengamankan pasokan beras. Sebanyak 500 ribu ton beras akan didatangakan dari Thailand dan Vietnam akhir Januari ini.