Jumat 12 Jan 2018 17:09 WIB

Rencana Impor Beras Ditanggapi Beragam oleh Pedagang

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
  Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto:
Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Keputusan pemerintah memutuskan impor sebanyak 500 ribu ton beras dari Thailand dan Vietnam pada akhir bulan ini menuai reaksi beragam dari petani dan pedagang beras di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Haji Wardi, pedagang beras di Pasar Mandalika, Kota Mataram, NTB mengaku belum mengetahui keputusan pemerintah tersebut.

"Belum dengar. Yang saya tahu Dolog NTB akan menjual beras ribuan ton," ujar Wardi kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Jumat (12/1).

Wardi mengaku menyerahkan keputusan kepada pemerintah. Wardi berharap pemerintah telah memikirkan secara matang dengan impor beras tersebut. Menurut Wardi, keputusan pemerintah mengimpor beras karena adanya kekurangan ketersediaan beras di dalam negeri, dan mau tidak mau impor untuk menutupi kekurangan.

"Kalau kita hanya memaksakan produk dalam negeri, tapi kita tidak mampu swasembada, apa boleh buat. Demi harga stabil ya kita ikuti saja sebagai pedagang," ucap Wardi.

Berbeda dengan Wardi, seorang petani di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Minardi kurang sependapat dengan rencana impor beras pemerintah. Minardi menilai, alih-alih mengimpor beras, pemerintah bisa mengambil beras dari NTB yang surplus.

"Kenapa nggak ambil yang ada dulu. Kenapa harus impor, katanya surplus. Kalau (NTB) surplus bisa kirim ke daerah bagian mana yang belum bagus," kata Minardi.

Baca juga: Pasokan Beras ke Pasar Sukabumi Berkurang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement