Kamis 11 Jan 2018 12:29 WIB

'Impor Datang, Petani Habis'

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Impor Beras
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Impor Beras

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU  -- Penolakan terhadap opsi impor beras yang rencananya akan dilakukan pemerintah, terus berdatangan. Selain dari kalangan petani, penolakan opsi tersebut juga disampaikan pejabat daerah di lumbung padi nasional, Kabupaten Indramayu.

''Kami berharap impor beras tidak terjadi,'' ujar Sekda Kabupaten Indramayu, Ahmad Bahtiar, saat ditemui di Desa Sleman, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Kamis (11/1).

Bahtiar mengatakan, jika opsi impor jadi dilakukan, maka petani akan sangat dirugikan. Pasalnya, beras impor akan datang saat petani nanti mulai memasuki panen raya.

''Kalau beras impor datang, ya sudah Wassalam. Habis  petani,'' tutur Bahtiar.

Bahtiar mengungkapkan, sebagai daerah lumbung padi nasional, para petani di Kabupaten Indramayu akan sangat merasakan dampak buruk dari kehadiran beras impor. Mereka akan merugi karena harga gabah milik mereka akan jatuh.

Bahtiar berharap, untuk menambah produksi beras, maka pemerintah harus terus berupaya meningkatkan produktivitas padi milik petani. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan sentuhan teknologi.

Seperti diberitakan sebelumnya, rencana pemerintah untuk membuka opsi impor beras mendapat penolakan dari para petani di Kabupaten Indramayu. Mereka mengatakan, impor akan membuat harga gabah petani menjadi turun.

"Saat harga gabah jatuh, maka petani pasti akan rugi," tutur Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang.

 

Sutatang mengakui, harga gabah dan beras saat ini memang cukup tinggi. Namun, dia meminta agar pemerintah membiarkan petani menikmatinya terlebih dulu untuk sementara ini. Apalagi, pada Februari mendatang akan mulai ada panen di sejumlah daerah.

 

"Saat panen, harga gabah dan beras akan turun lagi," tandas Sutatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement