REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah memulai operasi pasar secara masif demi meredam gejolak harga yang terjadi pada beras medium. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menargetkan, operasi pasar tersebut dapat menurunkan harga beras di tingkat konsumen yang saat ini sudah melebihi batas Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Kita lihat dalam 1-2 hari harusnya harga mulai turun," kata Enggar, usai melepas tim operasi pasar di Gudang Bulog Divre Jakarta dan Banten, Selasa (9/1).
Jika setelah operasi pasar digulirkan harga beras belum juga turun, Mendag berjanji akan melakukan pengusutan lebih lanjut bersama dengan Satgas Pangan. Situs hargapangan.id, pada (Selasa 9/1), mencatat harga rata-rata nasional untuk beras kualitas medium I berada di level Rp 12.000 per kilogram dan beras medium II Rp 11.900 per kilogram.
Harga itu jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Kementerian Perdagangan untuk beras.Berdasarkan peraturan menteri perdagangan (Permendag) Nomor 57 Tahun 2017, HET untuk beras medium ditetapkanRp 9.450 per kilogram untuk wilayahJawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.
Karena itu, untuk membuat harga kembali stabil, pemerintah menggulirkan operasi pasar dengan cara menggelontorkan beras medium ke 1.838 gerai di 198 titik seluruh Indonesia.Melalui mitra pedagang yang digandeng Bulog, beras tersebut akan dijual ke konsumen dengan harga Rp 9.300 per kilogram.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyebut, beras yang disalurkan lewat operasi pasar kali ini adalah beras medium cadangan pemerintah. Ia menyebut, stok cadangan beras pemerintah saat ini ada lebih dari 200 ribu ton.
Sepanjang Januari 2018, Bulog sudah menggelontorkan beras medium ke pasar sebanyak 37.908 ton. Namun begitu, Djarot tidak merinci berapa banyak volume beras yang disiapkan untuk operasi pasar kali ini. Ia hanya menyebut Bulog akan menyalurkan beras medium sebanyak yang dibutuhkan masyarakat.