REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa bank syariah berencana akan mulai menerbitkan sukuk pada 2018. Hal itu dilakukan sebagai cara alternatif menambah modal. Hanya saja, anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) yakni BNI Syariah mengaku belum berencana menerbitkan sukuk tahun ini.
"BNI Syariah belum ada rencana menerbitkan sukuk tahun 2018," tegas Juru Bicara BNI Syariah Adjat Jatnika kepada Republika, Senin, (8/1).
BNI Syariah melihat, pertumbuhan bisnis tahun depan akan lebih baik. Perseroan pun menargetkan, pembiayaannya bisa tumbuh 18 persen pada 2018.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan perkiraan pada 2017 yang tumbuh sekitar 13 persen. "Segmen yang menyumbang pertumbuhan terbesar adalah pembiayaan produktif yakni segmen Komersial dan Small and Medium Enterprise (SME) yang tumbuh sekitar 25 persen," ujar Pelaksana Tugas Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo kepada Republika.
Selain itu, kata dia, segmen konsumer diharapkan pula tetap tumbuh berkualitas minimal 13 persen. "Pertumbuhan segmen konsumer didominasi oleh pertumbuhan Pembiayaan Griya atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR)," jelas Firman.
Lebih lanjut, ia menegaskan, perusahaan akan tetap memperhatikan aspek kualitas pembiayaan. Pasalnya, faktor tersebut diyakini paling menentukan profitablitas BNI Syariah.
"Kami lihat industri perbankan syariah juga menghadapi tantangan yang sama," tambahnya. Sebagai informasi, laba bersih BNI Syariah mencapai Rp 246 miliar pada kuartal III 2017. Angka itu naik 14,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya Rp 215 miliar.
Kemudian, per kuartal III 2017, pembiayaan BNI pun tumbuh 15,3 persen dari Rp 19,5 triliun pada September tahun lalu menjadi Rp 22,5 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh hingga 21,4 persen menjadi Rp 27,6 triliun pada kuartal tiga tahun ini, sebelumnya di periode sama tahun lalu hanya Rp 22,8 triliun.