Selasa 02 Jan 2018 19:15 WIB

Perbankan Proyeksikan Penurunan Suku Bunga Kredit

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Papan bunga kredit dipajang salah satu toko di pusat perbelanjaan, Jakarta, Senin (19/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Papan bunga kredit dipajang salah satu toko di pusat perbelanjaan, Jakarta, Senin (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perbankan memprediksi adanya penurunan suku bunga kredit pada 2018. Meskipun Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve berencana menaikkan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Achmad Baiquni, menyatakan bakal melihat lebih jauh dampak kenaikam FFR tahun ini. Tahun lalu, saat The Fed menaikkan suku bunga acuan, BNI justru menurunkan suku bunga kredit beberapa kali.

"Mudah-mudahan dengan kondisi dalam negeri yang kondusif, itu bisa meredam kenaikan Fed Funds Rate. Kita tunggu dari Bank Indonesia juga bagaimana BI 7-Days Repo Rate nanti," kata Baiquni kepada wartawan di sela-sela acara Ramah Tamah OJK di Kompleks Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1).

Baiquni memprediksikam suku bunga kredit BNI bakal menurun tahun ini. Sebab, biaya dana (cost of fund) juga turun, serta inflasi rendah.

"Kalau turun berapa basis points situasional juga. Kami belum tahu. Begitu Fed menaikkan, kami lihat bagaimana pengaruhnya terhadap permintaan dana," jelas Baiquni.

Berdasarkan data dari laman resmi BNI, per 30 September 2017 Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) korporasi tercatat 9,95 persen per tahun, SBDK ritel 9,95 persen per tahun, SBDK KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) sebesar 10,50 per tahun, serta SBDK konsumer non KPR sebesar 12,50 persen per tahun.

Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo, menyatakan, penurunan suku bunga kredit akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya, kebijakan suku bunga acuan BI akan terus ditransmisikan ke SBDK perseroan. Saat ini, suku bunga kredit korporasi sebesar 8 persen, bahkan beberapa di bawah 8 persen. Suku bunga kredit konsumer di fix rate sebesar 6 persen. Sedangkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun ini ditetapkan pemerintah sebesar 7 persen.

"Bertahap di UKM (Small Medium Enterprise/SME) turun. Yang lain sudah turun, single rate sudah tercapai," ucap Kartika yang akrab disapa Tiko tersebut.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Maryono, menyatakan hampir semua kredit di BTN berupa rupiah. Sehingga tidak akam berdampak terhadap rencana kenaikan FFR. Namun, ia memprediksi suku bunga kredit perbankan bisa diturunkan. "Ya tergantung dari harga market di pricing lokalnya itu. Saya usahakan turun," ujar Maryono.

Dari data di laman resmi BTN, per November 2017, SBDK kredit korporasi sebesar 11 persen, SBDK kredit ritel 11,5 persen, SBDK KPR 10,25 persen, dan SBDK konsumsi non KPR sebesar 11,5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya