Kamis 28 Dec 2017 08:00 WIB

Stabilkan Harga, Bulog Jabar Targetkan 7 Ribu Rumah Pangan

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hazliansyah
Petugas menata barang pokok untuk kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan di Rumah Pangan Kita (RPK)
Foto: Antara/Ampelsa
Petugas menata barang pokok untuk kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan di Rumah Pangan Kita (RPK)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perum Bulog Jabar, membina ribuan outlet penjualan pangan pokok milik masyarakat dengan nama Rumah Pangan Kita (RPK). Keberadaan RPK ini, dinilai efektif menjaga stabilisasi harga pangan di masyarakat Jawa Barat.

Menurut Kepala Bulog Divre Jabar, M Sugit Tedjo Mulyono, saat ini Bulog Divre Jabar telah membentuk 5.000 RPK yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Jabar.

"Sampai akhir 2017 ini ditargetkan total 7.000 RPK di Jabar sehingga realisasi akan mencapai 110 persen dari target," ujar Sugit kepada wartawan, saat meninjau RPK Toyibam di Jalan Pasirjati Utama, Kompleks Pasirjati, Kota Bandung, Rabu petang (27/12).

Sugit mengatakan, sebagian besar jumlah RPK berada di Bandung Raya sekitar 30 persen. Sisanya, tersebar di perkotaan dan kabupaten di Jabar.

Saat ini, sebanyak 5.000 RPK hadir di seluruh Jabar hingga saat ini dan terus bertambah 2.000 unit lagi pekan depan sehingga jumlahnya menjadi 7.000.

"RPK jadi andalan. Pengelola RPK mendapat nilai tambah dan masyarakat sekitar mendapat harga pangan lebih murah dan terjangkau," kata Sugit.

RPK, kata dia, diinisiasi sejak 2015 dalam rangka stabilisasi harga pangan. Idealnya, RPK hadir di setiap rukun warga (RW) yang kini baru satu RPK per desa. Jika satu RPK per RW terwujud, diharapkan akan menjadi pengganti titik distribusi yang arah konsepnya melayani bantuan pangan nontunai.

"Kalau semua RPK bergerak, sekarang saja dengan 5.000 ini, mereka memberi kontribusi yang tak sedikit," katanya.

Kondisi Jabar, kata dia, saat ini fluktuasi harga pangan tidak tinggi. Khususnya di Bandung, jika ada harga yang naik, maka Bulog akan langsung turun ke RPK menambah pasokan besar-besaran.

Hingga Desember, kata Sugit, RPK telah menyerap dan menyalurkan ratusan ton pangan kepada masyarakat. Serapan paling tinggi pada bulan Mei dan Juni karena menjelang hari-hari besar.

"Peningkatan sampai dua kali lipat dari bulan normal. Selama Natal dan tahun baru ada kenaikan order, tapi tak sebanyak jelang Idul Fitri," katanya.

Sugit menyadari, keuntungan yang diperoleh pedagang/pemilik RPK atau yang akrab disebut "sahabat RPK" memang relatif kecil. Namun, sahabat RPK turut membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, meringankan biaya masyarakat dengan harga yang lebih murah dari pasaran, sekaligus menjaga kestabilan harga pangan pokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement