REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak muda pada masa milenial saat ini diperkirakan bakal mendorong perkembangan tren industri sektor properti baik masa sekarang, dan terlebih pada periode mendatang. Tidak heran bila pengamat properti dan pendiri Panangian School of Property, Panangian Simanungkalit menyatakan, orientasi pengembang tahun ini mengarah kepada pembangunan produk properti yang bisa dijangkau oleh pasar generasi milenial.
Apalagi, menurut Panangian Simanungkalit, segmen ini berpotensi untuk terus tumbuh hingga 10 tahun mendatang. Menurut dia, daya beli kelompok generasi milenial di dalam sektor properti adalah mereka yang didukung oleh orang tua yang sudah mapan secara ekonomi. Sedangkan kemampuan mereka sendiri, lanjutnya, dalam membeli properti biasanya hanya berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar.
Namun, ia mengingatkan bahwa jumlah penduduk dari segmentasi ini akan terus bertambah secara signifikan karena adanya bonus demografi sehingga berpengaruh pula terhadap industri properti secara keseluruhan.
Panangian menegaskan bahwa pasar milenial adalah pasar potensial yang akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada tahun 2030. Untuk itu, ujar dia, bank-bank pemberi kredit perumahan juga seharusnya lebih membuka diri agar bisa diakses oleh generasi milenial ini. Ia juga berpendapat bahwa meningkatnya jumlah milenial dalam membeli properti turut mempengaruhi pertumbuhan industri kreatif subsektor arsitektur dan interior.
Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Khalawi Abdul Hamid dalam sejumlah kesempatan mengatakan, penyediaan rumah memang harus terus disempurnakan mengingat merupakan kebutuhan dasar dan sangat strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa. Hal tersebut, jelasnya, karena masih banyak warga yang belum memiliki tempat tinggal yang layak huni karena beragam kendala.
Ia mengucapkan, upaya pemerintah telah dilakukan seperti menaikkan anggaran perumahan hingga lima kali lipat serta mempercepat perampungan regulasi terkait proses perizinan hingga pembiayaan. Menurut dia, solusi terhadap beragam hal tersebut harus segera diwujudkan keselarasan karena perumahan melibatkan banyak sektor dan instansi.
Sejumlah perusahan pengembang pada tahun 2017 ini juga terus mencatatkan kinerja positif, seperti PT PP Properti Tbk yang optimistis kinerja laba bersih pada 2017 ini dapat tumbuh sebesar 21 persen seiring dengan meningkatnya angka pemasaran dan pendapatan usaha.
Dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (20/12), Dirut PP Properti Taufik Hidayat memaparkan, sokongan dari aktivitas belanja modal selama 2017 ini menjadi salah satu faktor yang mendorong pencapaian target pendapatan usaha hingga mencapai Rp 2,7 triliun atau naik 26 persen dari pencapaian 2016 sebesar Rp2,1 triliun. Dengan pencapaian itu manajemen yakin laba bersih perseroan juga akan terdorong naik.
Pada 2018, lanjut dia, merupakan tahun "harvesting" atau menuai, perseroan akan fokus produksi di "landbank" bank tanah yang telah dimiliki. Perseroan menargetkan pertumbuhan pemasaran tahun 2018 sebesar 25-30 persen dengan laba bersih tumbuh sekitar 20-25 persen.