Selasa 26 Dec 2017 17:42 WIB

BCA Syariah akan Perhatikan Pembiayaan Infrastruktur

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih (kiri) bersama Direktur BCA Suwignyo Budiman (kanan) menujukkan kartu uang elektronik Flazz BCA Syariah di Jakarta, Rabu (6/9).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih (kiri) bersama Direktur BCA Suwignyo Budiman (kanan) menujukkan kartu uang elektronik Flazz BCA Syariah di Jakarta, Rabu (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Syariah kini mulai masuk ke pembiayaan infrastruktur. Beberapa bank bahkan berencana fokus jalankan bisnis ke sektor tersebut pada tahun depan, termasuk BCA Syariah.

BCA Syariah mengatakan tetap akan memberi perhatian ke penyaluran pembiayaan infrastruktur pada 2018. "Infrastruktur memang akan tumbuh baik seiring dengan perhatian pemerintah untuk terus mendorong sektor (infrastruktur) tersebut," ujar Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih saat dihubungi Republika.co.id, Selasa, (26/12).

Meski begitu, anak usaha Bank Central Asia (BCA) ini mengaku tidak memasang target atau porsi tertentu untuk penyaluran pembiayaan ke infrastruktur. "Kalau penyaluran tentu ada, tapi kami tidak memasang target berapa," tambahnya.

John menuturkan, ke depannya BCA Syariah akan tetap fokus di segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terutama untuk modal kerja dan investasi. Pertumbuhan 2018 menurutnya akan diproyeksikan berada di rentang 15 sampai 20 persen baik untuk pembiayaan maupun Dana Pihak Ketiga (DPK).

Sebelumnya, Unit Usaha Syariah CIMB Niaga atau CIMB Niaga Syariah menyatakan, target tahun depan harus lebih besar dari 2017. "RBB (Rancangan Bisnis Bank) lagi kita siapin. Target tahun depan kita bisa tumbuh lebih besar di atas pertumbuhan 2017," ujar Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara.

Menurutnya, kondisi perbankan syariah pada 2018 tidak akan jauh berbeda dengan tahun ini. "Saya lihat dari sisi pipelines financingnya. Kalau Pemilu mungkin mungkin yang nanti banyak tumbuh dari sisi konsumer," kata Pandji.

Sebagai informasi, total pembiayaan CIMB Niaga Syariah sampai September 2017 sebanyak Rp 14,48 triliun. Sebelumnya pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 7,89 triliun. Kemudian tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) gross pada September sebesar 1,01 persen. Menurun dari periode sama tahun lalu yang mencapai 2,01 persen. Pada Agustus 2017, NPF gross sempat turun ke 0,90 persen namun naik lagi pada September.

"Penyumbang NPF terbesar dari konsumer terutama mortgage," ungkap Pandji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement