Jumat 22 Dec 2017 17:30 WIB

Fintech Indonesia Dinilai Butuh Fasilitas Bangun Ekosistem

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Fintech (ilustrasi)
Foto: flicker.com
Fintech (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Managing Director Digital Artha Media (DAM) Corp Fanny Verona optimis financial technology (fintech) pada 2018 akan semakin berkembang. Hanya saja, meski fintech akan terus melaju tetapi menurutnya ada faktor paling penting yang harus dibentuk yakni ekosistem.

"Ekosistem itu paling penting, banyak fintech tapi kalau misal fasilitasnya belum lengkap maka kebutuhan akan fintech itu sendiri tidak terdukung," kata Fanny di kawasan SCBD Sudirman, Jakarta, Kamis (21/22).

Untuk itu, ia memastikan selain mengelola fintech, DAM akan berupaya untuk menyediakan ekosistem yang baik serta mendukung. Fintech di Indonesia menurutnya sudah banyak hadir, tetapi untuk alat yang mendukung penggunaan itu sendiri belum banyak tersedia.

Fanny menegaskan upaya untuk menciptakan ekosistem fintech nantinya tidak hanya bisa digunakan oleh produk yang dikembangkan DAM. "Kami ingin membangun ekosistem untuk semua fintech. Semua fintech player bisa menggunakan kita," kata Fanny.

Fanny tak menganggap banyaknya fintech yang akan bermunculan bukan menjadi pesaing. Fanny menganggap kompetitor terberat bagi fintech yaitu uang tunai dan ia berharap semakin banyak utang menggunakan fintech untuk bisnis.

Sementara itu, VP Thoriq Husein mengakui fintech yang berbasis payment masih akan menjadi favorit pada 2018. Untuk itu, Thoriq memastikan DAM akan menghadirkan solusi fintech sebagai katalisator menuju transformasi berkurangnya penggunaan uang tunai.

Thoriq yakin dengan hal tersebut karena menurutnya sesuai dengan data Statista 2017, transaksi fintech di Indonesia mencapai 18,6 miliar dolar AS. Sementara 2018, transaksi akan berkembang mencapai 23,8 miliar dolar AS.

Sementara pada 2017, fintech pembayaran digital menjadi paling yang favorit karena mencapai 20 miliar dolar AS. Lalu pada 2018, pangsa pasar fintech berbasis pembayaran digital akan mencapai 20 milar dolar AS.

Thoriq mengatakan ke depannya DAM tidak akan aneh-aneh membangun ekosistem fintech di Indonesia. "Ini supaya generasi muda kita tidak gagap teknologi saat berkunjung ke negara maju atau negara tetangga," kata Thoriq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement