Jumat 22 Dec 2017 03:56 WIB

Bappenas: Investasi Energi Terbarukan Terhambat Pembiayaan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Bayu Hermawan
Pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.
Foto: Pertamina
Pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staff Direktorat Sumber Daya Energi dan Mineral Bappenas Nizar Marizi mengatakan, salah satu kendala dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan adalah pembiayaan. Nizar tak menampik jika investasi di bidang EBT membutuhkan dana yang tak sedikit, namun sayangnya, skema pembiayaan dan pinjaman bagi investasi EBT masih sulit.

Nizar mengatakan, dari target 11 persen bauran energi EBT yang dipasang Bappenas, tahun 2016 hanya tercapai 7 persen saja. Untuk 2017 ini, Bappenas juga mencatat, bahwa peningkatan bauran energi terbarukan tumbuh meski tidak signifikan. Kedepan, menurut Nizar jika pemerintah ingin meningkatkan bauran energi terbarukan, maka pemerintah perlu membuat formula pendanaan EBT yang ramah bagi investor.

"Tantanganya memang tidak sedikit, misalnya dari harga jual yang masih tinggi karena investasi yang masih mahal. Skema pendanaan yang masih sulit, karena terlalu high risk," ujar Nizar di Hotel Morissey, Kamis (21/12).

Meski masih sepi peminat investasi, kedepan menurut Nizar masih banyak peluang pengembangan EBT. Nizar menilai, EBT jenis PLTA bisa lebih ditingkatkan kedepan. Selain harganya yang masih terjangkau dibandingkan jenis EBT lain, sumber daya alam yang dipunya Indonesia banyak yang masih bisa dimanfaatkan.

"Air menjadi salah satu yang prospek kedepan. Pada RPJM 2018 mendatang peningkatan PLTA PLTA bisa ditingkatkan," katanya.

Nizar mengatakan untuk bisa mendukung rencana tersebut pemerintah setidaknya perlu menyiapkan beberapa hal. Regulasi yang mendukung, penerapan kebijakan harga menurut Nizar menjadi poin penting untuk bisa meningkatkan investasi di bidang EBT.

"ada tiga strategi, penerapan kebijakan harga, peningkatan aneka energi ebt, blending biodisel dan ethanol. untuk EBT pake range, kita menargetkan bauran 10 sampai 16 persen di 2018," ujar Nizar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement