REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyebutkan, realisasi Kredit Perumahan Rakyat (KPR) tahun ini sebesar Rp 8,5 triliun. Jumlah itu lebih tinggi dari tahun lalu yang sekitar tujuh triliun rupiah.
Kepala Kebijakan dan Pemasaran KPR BRI Zairin mengatakan, kenaikan tersebut didukung oleh permintaan yang selalu besar. "Backlog (selisih pasokan dalam permintaan rumah) juga masih ada. Datanya backlog mencapai 13 juta unit. Jadi kalau rumah dibangun berapa pun akan laku," ujarnya kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, (20/12).
Ia menjelaskan, sesuai teori ekonomi, bila permintaan tinggi maka orang pasti akan melakukan beli jual. "Jadi yang perlu dikhawatirkan kalau rumah nggak ada," tambah Zairin.
Seperti diketahui, BRI merupakan bank yang fokus menyalurkan pembiayaan kepada usaha mikro. Maka, saat ini, kontribusi KPR BRI terhadap total pembiayaan baru sekitar tiga persen.
Tahun depan perseroan ini menargetkan, bisa menyalurkan KPR lebih banyak lagi. "Target kami ditambah pasti, targetnya 2018 sekitar Rp 15 triliun, hampir dua kali lipat," ujar Zairin.
Sebagai informasi, BRI memiliki beberapa model pembiayaan properti untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Di antaranya Pembiayaan Mikro Perumahan Kupedes Perumahan.
"Kupedes merupakan kredit yang bersifat umum, individual selektif dan berbunga wajar. Tujuannya, untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha mikro yang layak dalam rangka tingkatkan kesejahteraan debitur. Jadi sifatnya produktif," jelas Zairin.
Ada beberapa syarat bagi calon debitur Kupedes, di antaranya memiliki Surat Perizinan Usaha, bankable, dan feasible. Hingga Desember 2017, BRI telah menyalurkan 3.865 unit melalui pembiayaan Kupedes dengan nilai Sekitar Rp 193 miliar.
Advertisement