REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina merealisasikan 43 titik lembaga penyalur BBM Satu Harga di wilayah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T) di seluruh Indonesia hingga 15 Desember 2017. Titik terbaru, Pertamina mulai mengoperasikan SPBU di Dusun Aruk, Kabupaten Sajingan, Kalimantan Barat.
"SPBU di Puring Kencana ini bukan SPBU biasa, karena SPBU ini merupakan bagian dari Program BBM Satu Harga di daerah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal). Hadirnya SPBU di Dusun Aruk yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini membuktikan wilayah tersebut sama pentingnya dengan wilayah lain di seluruh Indonesia," kata GM Marketing Operation Region VI, Made Adi Putra, Rabu (20/12).
Sebelumnya warga di wilayah Dusun Aruk harus menempuh perjalanan sejauh 75 km dari lembaga penyalur terdekat di Dusun Sekura, Kabupaten Sajingan, Kalbar. Ini menyebabkan harga BBM eceran mencapai kisaran harga Rp 8.000 sd Rp 10 ribu. Di SPBU No 65.94002 yang baru berdiri ini, masyarakat bisa mendapatkan produk Solar dengan harga Rp 5.150 per liter, Premium Rp 6.450 per liter, dan Pertalite Rp 7.700 di SPBU.
BBM satu harga dicanangkan Pemerintah untuk mengupayakan pemerataan biaya di seluruh Indonesia dan sebagai salah satu implementasi Instruksi Presiden (InPres) serta merealisasikan Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016, perihal percepatan Pemberlakuan Satu Harga Jenis BBM Tertentu (JBT) dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) secara nasional sejak 1 Januari 2017.
Sama seperti titik lembaga penyalur lainnya dalam Program BBM satu harga, SPBU di Dusun Aruk terletak di daerah yang sulit diakses. Untuk menyuplai SPBU tersebut, Pertamina mengirim BBM dari Terminal BBM Pontianak yang berjarak 320 KM dengan waktu tempuh 8 hingga 9 jam. Sebagian besar medan perjalanan masih berupa tanah membuat perjalanan sulit ditempuh oleh truk tangki Pertamina dan berpotensi terperosok terutama dalam kondisi hujan.
Di wilayah Kalimantan, Pertamina sudah merealisasikan enam dari 15 titik target BBM Satu Harga yaitu di (1) Long Apari, Kabupaten Mahakam (2) Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (3) Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, (4) Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan. Kalimantan Barat (5) Paloh, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat dan (6) Biduk Biduk di Kabupaten Berau, Kalimantan Utara.
Mendistribusikan BBM ke titik-titik tersebut diinformasikan bukan merupakan hal mudah. Jalan darat hampir dipastikan memiliki kondisi yang sulit diakses, moda transportasi yang digunakan juga sangat tergantung pada kondisi alam di titik tersebut.
Untuk mendistribusikan BBM ke Long Apari, Kalimantan Timur, distribusi dari Samarinda harus menempuh jalur darat yang memakan waktu lebih dari 10 jam dan BBM tersebut dipindahkan ke kapal motor tank ke Long Bagun dan selanjutnya dipindahkan ke drum berkapasitas 200 liter menggunakan long boat, truk, dan terakhir menggunakan ketinting ke lembaga penyalur di Long Apari.
Di SPBU Kabupaten Seruyan, Kecamatan Danau Sembuluh, supply didapat Terminal BBM Sampit yang berjarak sekitar 200 KM dengan kondisi jalan 70 persen masih berupa tanah sehingga harus ditempuh oleh truk tangki selama 6 sampai 7 jam. Pendistribusian BBM di Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat harus ditempuh dengan menaikkan mobil tangka ke kapal fery untuk meyeberangi sungai dan kemudian dilanjutkan dengan jalan tanah yang berlumpur.