Selasa 19 Dec 2017 23:23 WIB

Kementan-FAO Kembangkan Pangan Berbasis Sagu

Acara Terminal Workshop Project di Kendari, Senin (18/12).
Foto: Humas BKP Kementan.
Acara Terminal Workshop Project di Kendari, Senin (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) terus berkomitmen dalam mewujudkan penganekaragaman pangan berbasis pangan lokal. Diversifikasi pangan itu sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu. Pemanfaatan pangan lokal secara massif dinilai mampu memberikan kontribusi positif untuk memperkuat kedaulatan pangan nasional.

Untuk itu, BKP didukung organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) serta Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara melaksanakan proyek “Promoting Sago Starch Utilization in Indonesia” yang telah dimulai pada 2016 dan saat ini memasuki tahap akhir.

Dalam acara Terminal Workshop Project di Kendari, Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP, Tri Agustin Satriani, menjelaskan, proyek yang telah dilaksanakan meliputi pengembangan kemampuan teknis dalam produksi sagu, ekstraksi pati sagu, serta peningkatan nilai tambah sagu secara berkelanjutan dan profitable.

Sagu dapat dipromosikan sebagai bahan pangan lokal yang sangat sehat untuk dikonsumsi karena mengandung karbohidrat, tetapi bebas gluten dan rendah kalori serta rendah indeks glikemiks.

“Tentu saya sangat mengapresiasi dukungan FAO, pemda provinsi, Pemda Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, dan Kota Kendari yang telah berperan serta dalam pengembangan pangan lokal khususnya sagu,” kata Tri.

Menurut dia, dukungan yang diberikan sangat inovatif dalam pengolahan sagu secara semi modern dan higienis mulai dari produksi hingga pengolahan ke dalam bentuk yang siap untuk dikonsumsi.

Untuk menggerakkan dari sisi bisnis, telah dibentuk unit usaha Sagu, yaitu “Sagu Meambo Food”, dengan unit produksi sagu difokuskan di Konawe serta Konawe Selatan dan unit promosi dan penjualan ada di Kota Kendari.

“Kelebihan sagu yang diproduksi oleh unit usaha ini adalah higienis, bersih, putih, dan dijual dalam bentuk tepung sagu kering. Selain itu, beberapa produk olahan yang sudah dibuat antara lain brownis dan cookies,” ujar Tri.

Perwakilan FAO Indonesia-Timor Leste, Mark Smulder, menekankan, untuk menjaga keberlanjutan peoyek, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu komitmen, keahlian, dan kesempatan.

Mark juga mengingatkan kelompok penerima manfaat agar segera membuat rencana bisnis, sehingga pengolahan sagu dapat terus berkembang secara berkelanjutan serta memberikan keuntungan bagi masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement