Selasa 19 Dec 2017 14:01 WIB

Pemerintah akan Uji Cobakan Bahan Bakar Etanol di Kendaraan

Penguji menguji bahan bakar nabati bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan alternatif seperti klobot jagung, sekam padi, ilalang, tebu dan jerami.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Penguji menguji bahan bakar nabati bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan alternatif seperti klobot jagung, sekam padi, ilalang, tebu dan jerami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan memulai uji coba pencampuran bahan bakar dengan kadar etanol sebanyak dua persen pada kendaraan roda empat atau mobil yang menggunakan BBM non-PSO dan nonsubsidi.

"Pemerintah sedang mendorong uji etanol dua persen (E2) di mana pasokan masih memungkinkan," kata Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).

Seharusnya uji coba sudah memasuki tahap campuran etanol lima persen, namun karena terkendala dari sisi pasokan baru akan di mulai pada kadar campuran dua persen. Ia juga menjelaskan bahwa perlahan kandungan akan ditingkatkan hingga pada angka lima persen.

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM nomor 12 tahun 2015 tentang kewajiban minimal pemanfaatan bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak, untuk pemakaian transportasi non-PSO dan industri, seharusnya sudah dilakukan pada April 2015, untuk kadar dua persen.

Namun, hingga jelang tahun 2018 masih baru dimulai uji coba untuk kadar campuran dua persen. Sedangkan kadar bioetanol lima persen harusnya sudah diimplikasikan pada Januari 2016, namun hingga saat ini jumlah pasokan disinyalir menjadi hambatan program ini.

Kemudian target campuran bioetanol tertinggi pada angka 20 persen, berdasar Permen tersebut, ditargetkan terlaksana pada Januari 2025. Sementara itu, melanjutkan kajian yang telah dilakukan pada tahun 2017, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali akan melakukan uji coba Biodiesel-20 (B-20) pada kereta api dan studi awal penggunaan Biodiesel-30 (B-30) untuk transportasi darat selain kereta api pada tahun 2018.

"Kajiannya sudah selesai, namun demikian ada tes lapangan juga ini sekarang sedang persiapkan di lapangannya, akan dicoba pada transportasi darat selain kereta api," ujar Arcandra.

Wamen ESDM menjelaskan, butuh waktu dalam masa peralihan dari B-20 menuju B-30. Disamping itu, uji coba terus dilakukan agar kedepannya penerapan B-30 pada transportasi darat tidak menemui kendala.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, implementasi B-30 menunggu terselesaikannya kendala yang ada di B-20. "Kita masih akan menguji B-20 untuk kereta api, akan dibuktikan apakah B-20 comply dengan sistem kereta api sekarang," jelasnya.

Mendukung pernyataan tersebut, Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menambahkan, hasil kajian menunjukkan adanya perbedaan injector pada kereta api dengan injector mobil diesel, yang menyebabkan lebih sulit dalam mengaplikasikan biodiesel untuk kereta.

"Kami sudah tes dan sudah cek, injector dua merk berbeda kereta dan mobil diesel, hasilnya injector pada kereta lebih lunak, tidak tahan terhadap biodiesel. Mungkin menjadi penyebab utama terjadinya beberapa kali keluar api pada mesin lokomotif kereta," ungkap Dadan.

Ia juga menjelaskan, saat ini sedang disiapkan uji coba dengan Kereta Api Bandung-Jakarta. "Uji coba ini akan mulai dilakukan pada periode Januari - Maret. Kami juga tidak ingin ada perbedaan terhadap sistem mesin dari penggunaan B-20 pada kereta ini nantinya," tukas Dadan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement