REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah AS melaporkan defisit anggaran sebesar 139 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.876 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS) pada November 2017. Dalam laporan bulanannya, Departemen Keuangan AS menyatakan, defisit November 2017 lebih besar dibanding defisit Oktober 2017 yang besarnya 137 miliar dolar AS, demikian dilansir Reuters, Selasa (12/12).
Sebelumnya, para ekonomi memprediksi defisit anggaran Pemerintah ASper November 2017mencapai 134 miliar dolar AS. Setelah dihitung ulang dengan menyesuaikan kalender, defisit anggaran AS mencapai 139 miliar dolar AS atau lebih tinggi dari defisit bulan sebelumnya.
Defisit anggaran AS pada tahun anggaran ini secara year to date mencapai 202 miliar dolar AS, lebih tinggi dari defisit periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 183 miliar dolar AS. Bila dilakukan penyesuaian basis, defisit fiskal year to date mencapai 248 miliar dolar AS, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 222 miliar dolar AS.
Total pendapatan AS sendiri mencapai 208 miliar dolar AS per November 2017, naik empat persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara belanja AS mencapai 347 miliar dolar AS, naik tiga persen untuk periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pekan lalu, Kongres menyetujui pendanaan jangka pendek yang membuat belanja AS bisa berjalan hingga 23 Desember. Namun, Kongres belum menyetujui pembiayaan jangka panjang.
Departemen Keuangan AS sendiri memiliki statuta yang mengatur seberapa besar uang yang bisa dipinjam untuk menutup defisit anggaran. Pemerintah AS terus berupaya meningkatkan besaran angkanya, sementara Kongres hanya bisa memberi batas.
Perhitungan sementara batas pinjaman diajukan maksimal pada 8 Desember. Meski begitu, Departemen Keuangan punya mekanisme darurat untuk membayar utang hingga Januari.
Di saat yang sama, kelompok Partai Republik, makin dekat untuk memperoleh persetujuan perubahan sistem pajak. Legislasi mereka mengajukan tambahan pajak 1,4 triliun dolar AS selama 10 tahun untuk menutup utang nasional 20 triliun dolar AS dan mendorong ekonomi yang perlahan mulai pulih.