Rabu 29 Nov 2017 02:10 WIB

Jokowi: Jangan Salah Mengambil Kebijakan Ekonomi

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Agus Yulianto
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017, Selasa (28/11).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017, Selasa (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan bahwa perekonomian saat ini berbeda jauh dengan perekonomian masa lalu. Perkembangan teknologi membuat pergerakan ekonomi terus berubah. Hal-hal yang mendorong dan melemahkan ekonomi pun terus bermunculan.

Pada medioker 2011-2012, perekonomian Indonesia tengah meledak dengan berbagai komoditas. Sektor ini berhasil membuat pemasukan besar. Namun, ledakan tersebut perlahan menurun hingga saat ini.

Penurunan komoditas ini juga, kata Jokowi, tidak terlepas dari melambatnya perekonomian dunia dari lima persen menjadi tiga persen pada saat ini. Cina pun yang perekonomiannya sempat mencapai titik 12-13 persen bahkan menurun enam persen.

Menurut Jokowi, pola perkembangan ekonomi seperti itu yang harus bisa dipelajari semua pihak khususnya para pemangku kebijakan di sektor makro ekonomi. Jangan sampai sebuah keputusan yang diambil dalam meningkatkan ekonomi justru berbalik dampaknya menjadi penurunan.

"Ini perbebdaan yang harus kita pahami. Agar ketika mengambil kebijakan kita tidak salah karena angka berubah," kata Jokowi dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia, Selasa (28/11).

Jokowi menuturkan, banyak perubahan baru dalam pola bisnis yang disajikan pelaku usaha. Hal ini juga yang membuat perubahan pola konsumsi masyarakat. Jika dulu konsumen lebih senang berbelanja langsung melihat dan menyentuh barang di toko-toko, saat ini cara tersebut telah berganti. Konsumen mulai banyak beralih dengan pembelian secara daring.

Meski demikian, perubahan pola-pola tersebut jangan dijadikan sebuah hambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Semua pelaku usaha harus bisa memanfaatkan pola yang beralih, yang kemudian meningkatkan perekonomian nasional.

Jokowi menuturkan, Indonesia saat ini sedang berada dalam iklim ekonomi yang membaik. Peningkatan peringkat kemudahan berusaha dari 106 menjadi 72 merupakan capain yang cukup baik. Pemberian peringkat layak investasi dari tiga lembaga asing telah mencerminkan bahwa Indonesia semakin dipercaya oleh investor asing.

Hal ini juga terlihat dari pertumbuhan ekspor dan jasa pada kuartal tiga mencapai 17,27 persen, investasi 7,11 persen. Walaupun ada kekurangan dalam konsumsi rumah tangga di angka 4,93 persen dan konsumsi pemerintah 3,4 persen. Nilai pajak pertambahan nilai (PPN) juga tumbuh 12,1 persen, yang menandakan adanya transaksi.

Di sektor pariwisata, para kuartal tiga Indonesia sudah didatangi oleh 10,46 juta wisatawan, naik 25 persen. Nilai ini sangat tinggi dibandingkan rata-rata dunia yang hanya mengalami kenaikan lima persen. "Angka-angka seperti ini mestinya buat kita lebih optimis," ujar Jokowi.

Ke depan, lanjutnya, sektor infrastruktur yang tengah dikerjakan saat ini akan membuat perekonomian jauh lebih baik. Dengan infrastruktur yang semakin bagus dan merata di berbagai daerah akan ada efisiensi pada proses produksi dan distribusi yang berdampak pada harga jual yang bersaing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement